Gagal Gulingkan Assad , Saudi akan Membuka Kembali Kedubes di Suriah


    
Resistensi.id – Arab Saudi berencana membuka kembali konsulatnya di ibu kota Suriah, Damaskus, lebih dari satu dekade setelah ditutup pada awal perang pimpinan AS di Suriah pada 2011, Middle East Monitor melaporkan.

Kerajaan berencana untuk membuka kembali konsulat di Damaskus setelah bulan suci Ramadhan. Persiapan tambahan akan dilakukan selama kunjungan mendatang ke Suriah oleh Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan, yang akan bertemu dengan Presiden Suriah Bashar Assad.

Pembukaan kembali kedutaan akan dilakukan sebagai hasil dari upaya mediasi yang dipimpin oleh Rusia dan Uni Emirat Arab (UEA) dan setelah dimulainya kembali hubungan antara Iran dan Arab Saudi.

Gagal Bawa Perubahan Rezim, Saudi Berencana Buka Kembali Kedubes di Suriah
Lokasi Kedubes Saudi di Damaskus

Pada 2012, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Damaskus di tengah upayanya menggulingkan pemerintah Suriah. Intelijen Saudi mempersenjatai dan mendanai kelompok bersenjata ekstremis Salafi, termasuk Front Nusra  yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan ISIS.

Tindakan Saudi, yang dipimpin oleh mantan duta besarnya untuk AS Pangeran Bandar bin Sultan, dilakukan sebagai bagian dari upaya rahasia CIA yang lebih luas untuk menggulingkan pemerintah Suriah, yang dikenal sebagai Operasi Timber Sycamore.

Iran adalah pendukung kuat pemerintah Suriah selama perang, membantu melindungi negara itu dari kelompok bersenjata yang didukung AS dan Saudi. Oleh karena itu rekonsiliasi antara Iran dan Arab Saudi telah membuka pintu bagi rekonsiliasi antara Damaskus dan Riyadh juga.

Iran dan Arab Saudi mengumumkan dimulainya kembali hubungan setelah serangkaian pembicaraan rahasia diadakan di Beijing antara dua negara Islam saingan itu, yang berakhir pada 10 Maret.

Pembicaraan Iran-Saudi di China dilakukan atas prakarsa Presiden China Xi Jinping dan telah berlangsung selama beberapa tahun, dengan Irak dan Oman menjadi tuan rumah pembicaraan awal antara kedua pihak pada tahun 2021 dan 2022.

Menteri Luar Negeri Saudi Bin Farhan telah menyatakan pada 18 Februari bahwa ada “konsensus yang berkembang” di dunia Arab untuk reintegrasi Suriah ke dalam lipatan regional.

Menteri Saudi itu menekankan bahwa isolasi Damaskus tidak lagi layak dan bahwa dialog diperlukan “pada titik tertentu” untuk, paling tidak, mengatasi masalah kemanusiaan seperti repatriasi pengungsi.

Dia menambahkan bahwa “pendekatan baru” sedang dirancang untuk mengatasi penderitaan warga sipil di Suriah, terutama setelah gempa dahsyat yang melanda Suriah dan Turki pada bulan Februari, serta untuk mengatasi krisis pengungsi Suriah di seluruh wilayah.

Sumber: The Craddle

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *