Raisi: Iran dan Venezuela Memiliki  Musuh yang Sama

Resistensi.id – Presiden Iran Ebrahim Raisi memulai tur diplomatik langka ke Amerika Latin pada Senin (11/6). Kunjungan pertamanya di Caracas. Dia mengatakan negaranya dan Venezuela ialah teman dengan musuh bersama.

Jadwal Raisi juga akan mencakup kunjungan ke Kuba dan Nikaragua. Seperti Iran dan Venezuela, semua menjadi sasaran sanksi AS.

“Kami memiliki kepentingan yang sama, visi yang sama, dan musuh yang sama,” kata presiden, tanpa menyebutkan secara spesifik, dalam sambutannya kepada pers bersama pemimpin Venezuela Nicolas Maduro. “Hubungan antara Iran dan Venezuela bukanlah hubungan diplomatik biasa, melainkan hubungan strategis,” tambahnya.

Teheran ialah salah satu sekutu internasional utama pemerintah Maduro. Seperti Kuba dan Nikaragua, keduanya juga sekutu Rusia, paria internasional sejak invasi ke Ukraina tahun lalu. “Iran memainkan peran utama sebagai salah satu kekuatan penting yang muncul di dunia baru,” kata Maduro dan mengklaim, “Bersama-sama kita akan menjadi tak terkalahkan.”

Salah satu alasan perjalanan Raisi yaitu meningkatkan perdagangan antara kedua negara. Kata Raisi, perdagangan naik dari US$3 miliar per tahun saat ini menjadi US$20 miliar.

Kedua pemimpin mengumumkan bahwa mereka menandatangani 25 perjanjian, lintas sektor mulai dari pendidikan dan kesehatan hingga pertambangan. Agenda lain ialah mengembangkan kerja sama teknologi antara kedua negara, bagian dari tujuan Raisi untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, politik, dan ilmiah antara Iran, Venezuela, Nikaragua, dan Kuba.

“Selama dua tahun terakhir, kerja sama kami dengan negara-negara ini telah berkembang,” kata Raisi kepada kantor berita Irna sebelum berangkat dari Teheran. Iran dan Venezuela juga anggota kartel minyak OPEC yang menjadi pusat diskusi internasional mengenai krisis energi yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina.

Perang telah memperbarui upaya global untuk menyelesaikan krisis politik dan ekonomi Venezuela yang sedang berlangsung. Tahun lalu, AS mengirim delegasi ke Caracas untuk bertemu Maduro. Setelah pembicaraan dilanjutkan antara pemerintahnya dan oposisi pada November, Washington memberikan lisensi enam bulan kepada raksasa energi AS Chevron untuk beroperasi di Venezuela. Negara Amerika Selatan, menghadapi krisis ekonomi yang parah, memiliki cadangan minyak terbesar di dunia.

Perjalanan Raisi mengikuti kunjungan diplomatik sebelumnya oleh Maduro yang mengunjungi Iran pada Juni 2022 dan menandatangani pakta 20 tahun untuk membuka kerja sama di sektor minyak, petrokimia, dan pertahanan. Pada Februari, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengunjungi Caracas dan berdiskusi dengan Maduro tentang, “Pertahanan kepentingan nasional mereka yang dihadapkan pada tekanan eksternal,” menurut Teheran.

Pada 2020, Iran mengirim 1,5 juta barel bahan bakar ke Venezuela bersama dengan pasokan untuk membantu memulai kembali kilang yang bermasalah. Washington sejak itu menuduh Iran menghindari sanksi.

Presiden Iran terakhir yang mengunjungi Kuba dan Venezuela ialah Hassan Rouhani pada September 2016. Mahmoud Ahmadinejad melakukan kunjungan presiden terakhir ke Nikaragua pada 2007. Daniel Ortega, presiden Nikaragua, membela hak Iran untuk memperoleh senjata nuklir pada Februari.

Sumber : AFP

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *