Bin Salman: Ada dua aliran Islam di Arab Saudi, Sunni dan Syiah

Bin Salman menekankan ajaran disampaikan Syekh Muhammad bin Abdul Wahab tidak mencerminkan Islam di Arab Saudi.

Resistensi.id – Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman menegaskan negaranya memiliki dua aliran Islam, yakni Sunni dan Syiah.

“Arab Saudi memiliki Sunni dan Syiah. Di Sunni ada empat mazhab (Syafii, Maliki, Hanafi, dan Hambali) serta Syiah mempunyai beberapa mazhab dan semua terwakili dalam sejumlah organisasi keagamaan,” kata Bin Salman dalam wawancara khusus dengan majalah the Atlantic kemarin. “Sekarang ini, tidak boleh ada yang memaksakan sebuah aliran tertentu sebagai satu-satunya cara untuk memahami dan menjalankan ajaran Islam di Arab Saudi.”

Dia mengakui praktek buruk itu pernah terjadi di era 1980-an hingga awal 200-an di mana Wahabi dijadikan satu-satunya pandangan Islam paling benar di negara Kabah itu.

Bin Salman menekankan ajaran disampaikan Syekh Muhammad bin Abdul Wahab tidak mencerminkan Islam di Arab Saudi.

Bin Salman bilang Bin Abdul Wahab seperti ulama Saudi lainnya hidup di masa awal berdirinya negara Kabah itu. “Saya ingin katakan Muhammad bin Abdul Wahab bukan seorang nabi, dia bukan malaikat,” ujarnya.

Bin Abdul Wahab adalah pendiri paham Wahabi, mengklaim sebagai gerakan pemurnian Islam dan menganggap sejumlah prak kaum Sunni dan Syiah bidah dan sesat.

Persoalannya, menurut dia, saat itu hanya para santri Muhammad bin Abdul Wahab dapat membaca dan menulis, sehingga sejarah Saudi ditulis menurut perspektif mereka. Dia yakin kalau Bin Abdul Wahab dan mantan Mufti Agung Arab Saudi Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, keduanya akan menjadai orang terdepan memerangi ide-ide ekstremis dan kelompok teroris.

Ajaran Bin Abdul Wahab telah dipakai oleh banyak ekstremis untuk agenda mereka,” tutur Bin Salman.

Karena itu, Bin Salman bertekad mengembalikan ajaran Islam sejati Islam seperti di masa Nabi Muhammad dan keempat khalifah masih hidup (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), yakni membangun masyarakat muslim terbuka dan damai.

“Di masa itu, kaum Nasrani dan Yahudi hidup aman di bawah kekuasaan Islam,” kata Bin Salman. “Mereka mengajarkan kita untuk menghormati semua budaya dan agama.”

Sejak menjadi putera mahkota lima tahun lalu, Bin Salman sudah mengubah wajah Saudi dari tertutup dan kaku menjadi luwes serta terbuka. Masyarakat Saudi kini menghargai perbedaan dan kaum hawa sebelumnya terkekang menikmati kebebasan.

Sumber : Albalad

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *