Militer AS Serang Konvoi Truk yang Membawa Makanan di Suriah

Foto: Militer AS telah menyerang konvoi makanan di Suriah timur atas tuduhan bahwa truk tersebut membawa senjata, sebuah laporan mengungkapkan.

Resistensi.id – Kantor berita Tasnim mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka memperoleh rekaman serangan yang terjadi di kota Al Bukamal di timur Suriah dekat perbatasan dengan Irak.

Menurut laporan tersebut, AS mengklaim bahwa truk tersebut membawa senjata, namun rekaman tersebut membantah klaim tersebut.

Video tersebut memperlihatkan orang-orang yang lewat sedang menurunkan sebuah truk, dan Tasnim mengatakan bahwa pengemudi kendaraan tersebut mengizinkan warga untuk menurunkannya karena ia yakin bahwa tidak mungkin untuk memindahkan makanan ke bagian tengah dan barat Suriah.

Laporan tersebut tidak merinci waktu pasti serangan tersebut, namun Reuters pada hari Senin mengutip seorang pejabat perbatasan Irak yang mengatakan bahwa pesawat tak dikenal menargetkan konvoi truk 10 truk yang menyeberang dari Irak ke Suriah pada Minggu malam.

Serangan tersebut dipandang sebagai upaya AS untuk mengganggu impor dari Irak sebagai cara lain untuk membuat warga Suriah berada di bawah tekanan, dan sebagai cara untuk membalas dendam terhadap negara Suriah di tengah ketidakmampuan AS untuk mencegah serangan terhadap basis mereka di Suriah.

Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-AS atas dukungan kuat Washington terhadap serangan gencar Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung, yang telah menewaskan lebih dari 9.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Militer AS telah menempatkan pasukan dan peralatannya di timur laut Suriah, dan Pentagon mengklaim bahwa pengerahan tersebut bertujuan untuk mencegah ladang minyak di wilayah tersebut jatuh ke tangan teroris Daesh.

Damaskus berpendapat bahwa pengerahan tersebut dimaksudkan untuk menjarah sumber daya alam Suriah. Mantan Presiden AS Donald Trump beberapa kali mengakui bahwa pasukan Amerika berada di negara Arab tersebut karena kekayaan minyaknya.

Negara Suriah telah berada di bawah tekanan AS sejak tahun 2011. Washington dan sekutu Baratnya telah secara dramatis memperketat sanksi ekonomi dan pembatasan terhadap Damaskus setelah tahun 2011 ketika negara Arab tersebut berada dalam cengkeraman militansi dan terorisme yang didukung asing.

Tindakan pemaksaan AS semakin intensif dengan disahkannya UU Caesar pada tahun 2019, yang menargetkan setiap individu dan dunia usaha yang berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam upaya rekonstruksi Suriah.

Warga Suriah terpaksa bergantung pada impor dari Irak karena Washington dan pasukan yang didukung AS telah menduduki wilayah yang menjadi sumber makanan bagi Suriah, sehingga memicu krisis pangan di negara tersebut.

Sumber : press tv

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *