Negara Barat Dulu Mencap Pejuang Kemerdekaan Indonesia Ekstremis, Kini Mereka Melabeli Hamas Teroris

Resistensi.id – Arsip surat kabar New York Times edisi 20 November 1945 menunjukkan anggapan Barat bahwa para pejuang kemerdekaan Indonesia yang melawan tentara Inggris dalam pertempuran 10 November di Surabaya dicap sebagai ekstremis.

Pelabelan tak jauh beda kini diterima Hamas ketika mereka melawan Israel untuk membebaskan pendudukan atas Palestina.

“MOSLEM FANATICS FIGHT IN SURABAYA,” bunyi judul pemberitaan New York Times. Judul dalam huruf kapital itu menggambarkan persepsi Barat bahwa pertempuran 10 November di Surabaya dilakukan oleh kaum fanatik muslim.

Kemudian ada sub judul di bawahnya “Religious Leaders in Charges Against Tanks-New Peril Is Feared in Batavia (Pemimpin Agama Melawan Tank–Bahaya Baru Ditakuti di Batavia)”.

Isi berita berjudul “MOSLEM FANATICS FIGHT IN SURABAYA” sebagai berikut: Serangan hiruk pikuk oleh nasionalis Indonesia terhadap tank Inggris di Surabaya, dengan 1.000 atau lebih pasukan Muslim menyerbu dalam baku tembak yang mematikan, dilaporkan hari ini oleh penerbang Belanda yang kembali dari Surabaya.

Ketika pertempuran pecah lagi di Batavia, otoritas Belanda mengkhawatirkan serangan skala besar oleh ekstremis Indonesia.

Kabinet Perdana Menteri Sutan Syahrir yang terguncang mengadakan rapat darurat membahas perang itu. Ada kemungkinan pembicaraan damai yang ditetapkan untuk hari Kamis bakal dibatalkan.

Baca Juga : Riwayat Israel, Monyet Kudisan yang Mengusir Penolongnya

Kantor Berita Belanda melaporkan, semua anggota Korps Pelestarian Perdamaian Indonesia akan dipindahkan dari Batavia ke posisi defensif di pinggiran kota untuk mengantisipasi serangan ekstremis. Ketika pertempuran pecah lagi di Batavia, otoritas Belanda mengkhawatirkan serangan skala besar oleh ekstremis Indonesia.

Arsip surat kabar New York Times edisi 20 November 1945 menunjukkan anggapan Barat bahwa para pejuang kemerdekaan Indonesia yang melawan tentara Inggris dalam pertempuran 10 November di Surabaya dicap sebagai ekstremis.

Menteri Penerangan Amir Syarifuddin menjelaskan, tindakan itu diambil untuk mencegah Batavia menjadi Surabaya kedua. Keputusan itu diambil pada rapat kabinet hari ini.

Baca Juga : Hembusan Nafas Terakhir ‘Negara Israel’

Penerbang Belanda mengatakan, di Kali Mas, sungai yang membelah Surabaya, dipenuhi oleh mayat orang Indonesia. Dia memperkirakan pasukan pribumi telah tewas antara 30.000–40.000 dalam pertempuran sepuluh hari.

Pejuang Indonesia itu dipimpin oleh para pemimpin agama Islam, kata penerbang itu, dan menyerang langsung ke senapan mesin Inggris tanpa takut mati.

Pasukan Inggris bergerak dari pusat kota menuju pemukiman Darmo untuk menguasai kawasan ini demi menyelamatkan sekitar 1.000 orang Eropa yang terjebak di sana.

Dari pemberitaan lawas itu disebutkan penggunaan diksi “ekstremis” untuk para pejuang Indonesia.

Barat dan Israel Labeli Hamas Teroris

Hamas merupakan organisasi politik dan militer yang berbasis di Gaza, Palestina.

Kelompok inilah yang jadi garda terdepan perlawanan Palestina melawan pendudukan Israel.

Namun, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Israel, memasukkan Hamas dalam daftar organisasi teroris.

Bagi sebagian negara di dunia Arab, Hamas dianggap sebagai gerakan perlawanan terhadap pendudukan Israel.

Nama Hamas sebenarnya akronim dari Harakat al-Muqawama al-Islamiya, atau Gerakan Perlawanan Islam dan berarti “semangat” dalam bahasa Arab.

Kelompok perlawanan Palestina ini bersumpah untuk menghancurkan Israel.

Hamas telah berperang beberapa kali dengan Israel sejak mereka mengambil alih kekuasaan di Gaza pada tahun 2007.

Mereka telah menembakkan atau membiarkan kelompok militan lain menembakkan ribuan roket ke Israel, dan melakukan serangan mematikan lainnya.

Serangan besar terbaru Hamas dalam Operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 ke Israel selatan. Sekitar 1.200 orang tewas dan ratusan lainnya diculik.

Baca Juga : PALESTINA BUKAN HANYA MILIK MUSLIM DAN ARAB

Operasi Badai al-Aqsa oleh Hamas ini memicu Israel mendeklarasikan perang dan membombardir Gaza nyaris tanpa henti hingga hari ini. Lebih dari 11.000 warga Palestina tewas dalam serangan brutal Israel dengan 40 persen di antarnya adalah anak-anak. (Muhaimin)

Sumber :  TSM via FB

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *