Hamas Tolak Gencatan Senjata, paksa Israel Bebaskan Ribuan Tahanan Palestina

Foto: Wakil Kepala biro politik Hamas, Saleh al-Arouri, “Para tahanan kami di penjara (Israel), kebebasan mereka semakin besar. Apa yang kita miliki di tangan kita akan membebaskan semua tahanan kita. Semakin lama pertempuran berlanjut, semakin tinggi jumlah tahanan,” tambah al-Arouri, yang mengatakan bahwa perwira senior termasuk di antara mereka yang ditangkap, namun tidak memberikan angka pastinya.(PC)

Resistensi.id – Hamas menolak tegas tawaran baru dari Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu untuk melakukan jeda kemanusian selama seminggu, sebagai bagian dari proses pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

“Hamas menolak usulan Israel untuk melakukan gencatan senjata selama seminggu di Jalur Gaza dengan imbalan pembebasan sekitar 40 sandera, termasuk semua wanita dan anak-anak yang masih ditahan oleh kelompok teror tersebut,” ujar pejabat Mesir selaku penengah perjanjian gencatan senjata Israel – Hamas.

Mengutip pejabat Mesir, kepala sayap politik Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan kepada pejabat intelijen di Kairo bahwa kelompoknya tidak akan melakukan jeda kemanusian dan pembebasan sandera hingga Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza.

Tak hanya itu pimpinan Hamas itu juga meminta Israel untuk membebaskan ribuan tahanan Palestina sebagai imbalan atas lebih dari 100 sandera yang tersisa di Gaza.

Tolak Jika Gencatan Senjata Hanya Seminggu, Ingin Hentikan Perang secara Permanen. Hamas menolak tawaran kesepakatan baru dari Israel yaitu gencatan senjata hanya selama seminggu dan pertukaran tahanan.

Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera pada hari Rabu, pejabat Hamas Ghazi Hamad mengatakan ‘prioritas’ kelompoknya adalah menghentikan perang secara permanen. Ia juga mengatakan, Hamas tidak akan melepaskan tawanan lagi sampai pemboman Israel berakhir.

Saat berbicara dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian pada Selasa malam, kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh tampaknya memegang teguh posisi ini.

Haniyeh menegaskan Hamas siap untuk membuat kesepakatan lain, tetapi hanya jika Israel terlebih dahulu menghentikan serangannya. Menurut Hashem Ahelbarra dari Al Jazeera, Hamas dan Israel memiliki penafsiran yang berbeda terkait gencatan senjata.

“Masalahnya kali ini adalah perbedaan penafsiran antara Israel dan Hamas,” kata Ahelbarra. Menurut Hamas, kesepakatan saat ini yang dibutuhkan bukan hanya pertukaran tahanan, tetapi harus meghentikan perang secara permanen.

“Hamas menegaskan kesepakatan kali ini tidak bisa hanya sekedar pertukaran tahanan, kesepakatan ini harus didasarkan pada gencatan senjata permanen,” jelasnya.

Apabila perang berhenti secara permanen, Ghazi Hamad mengatakan Hamas siap untuk merundingkan kompromi yang signifikan mengenai pertukaran tahanan.

“Visi kami sangat jelas: Kami ingin menghentikan agresi. Apa yang terjadi di lapangan adalah bencana besar.” katanya.
Menurutnya, gencatan senjata sementara ini hanya menguntungkan salah satu pihak yaitu Israel.

Ia menjelaskan, Israel akan memanfaatkan momen ini untuk menukar para sandera, selanjutnya serang akan diluncurkan kembali.

“Israel akan mengambil alih peran para sandera dan setelah itu mereka akan memulai babak baru pembunuhan massal dan pembantaian terhadap rakyat kami,” katanya.

Oleh karena itu, ia menegaskan tidak akan mengulangi kesepakatan ini. “Kami tidak akan memainkan permainan ini,” jelasnya.
Sebelumnya, Israel dan Hamas pernah menyepakati gencatan senjata selama seminggu pada 24 November hingga 1 Desember.

Selama gencatan senjata tersebut, badan-badan internasional dapat mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan. Israel membebaskan 240 tahanan Palestina dan Hamas mengembalikan 100 warga Israel dan lainnya yang ditawan dalam serangan pada tanggal 7 Oktober.

Sementara sandera Hamas berjumlah 240 warga Israel. Namun setelah gencatan senjata berakhir, Israel semakin membombardir Gaza.

Sejak 7 Oktober hingga saat ini korban serangan Israel di Gaza mencapai lebih dari 20.000 warga Palestina.

Hamas Janji Bebaskan Sandera Lansia

Meski menolak tawaran jeda kemanusian dari Israel, namun Hamas berjanji akan membebaskan sandera pria lanjut usia.

Tak dijelaskan secara pasti kapan dan berapa total sandera lansia yang akan dibebaskan Hamas, namun menurut laporan media lokal The Times of Israel pembebasan itu dilakukan lantaran para lansia membutuhkan perawatan medis yang mendesak

Hal itu selaras dengan ucapan sandera Israel yang videonya sempat dibagikan oleh sayap militer Hamas, brigade Al Qassam beberapa waktu lalu. Satu dari tiga sandera yang ada di video, menyatakan bahwa dirinya ditahan bersama lansia yang menderita penyakit kronis.

Sebagai informasi sehari sebelum Hamas menolak perundingan dengan Israel, Haniyeh dikabarkan melakukan kunjungan ke Mesir dengan didampingi delegasi tingkat tinggi Hamas untuk membahas tentang pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Adapun kunjungan Haniyeh ke Mesir kali ini menjadi yang kedua, setelah kunjungan pertama dilakukan Haniyeh pada awal November lalu.

Dari kunjungan itu, perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan militan Hamas menyetujui kesepakatan gencatan senjata di Gaza selama empat hari. Kedua belah pihak juga sepakat untuk melakukan pertukaran pembebasan tawanan dan sandera.

Hamas dilaporkan telah membebaskan 105 sandera, terdiri dari 80 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.

Sumber : Al Jazeera

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *