Runtuhnya Kedigdayaan Israel dan Dominasi AS di Timur Tengah

Resistensi.id – Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengumumkan koalisi bersama pasukan gabungan lebih dari 10 negara barat dan Arab di Laut Merah, menghadang dan menangkis serangan kelompok “barbar” Houthi Yaman.

Sejak 8 Oktober 2023, Amerika mengirimkan kapal induknya termasuk Kapal perang USS Gerald R. Ford dan merapat ke Pelabuhan Haifa, masuk dalam bidikan roket pejuang Hamas, bidikan roket-roket dengan ketelitian tinggi Hizbullah di Lebanon, bahkan roket Houthi di Yaman. Laut Mediterania siap menyantap rongsokan kapal perang tercanggih Amerika, jika perang regional meletus.

Tak hanya itu, Laut Merah tengah bersiap menjadi saksi bisu pertempuran yang setiap saat dapat meletus di sepanjang laut sempit yang membentang diapit oleh gurun panas Saudi Arabia, Yaman, Sudan, Mesir, dan Somalia. Kapal perang Amerika USS Eisenhower pun masih mondar mandir di sepanjang teluk Oman bersama dengan USS Philippine Sea dan beberapa kapal perang lainnya; USS Carney, USS Stethem,USS, Thomas Hudner, USS Ramage, USS Carney, USS Mason dan USS Roosevelt, yang kesemuanya adalah jenis kapal perusak. Semua itu dikerahkan hanya untuk menangkis serangan pasukan bersarung Al Houthi Yaman.

Sebuah pameran ketakutan yang luar biasa dari Amerika untuk melindungi kepentingan mereka di Timur Tengah, dan bahwa bulldog yang mereka tempatkan di Timur Tengah tidak boleh menjadi puddle imut yang ketakutan dan menjadi bulan-bulanan para pejuang Palestina dan pejuang Lebanon yang tangguh.

Amerika sekarang adalah bukan Amerika pada masa era perang dingin dengan Soviet. Pasukan Amerika menjadi a bunch of coward jokers, gerombolan badut pengecut di negara-negara jajahan mereka baik Irak, Afghanistan maupun Suriah. Topeng kedigdayaan Amerika telah jatuh, dan wajah kepengecutan, kepanikan, ketakutan itu nampak semakin jelas dihadapan masyarakat dunia pada hari-hari belakangan ini.

Persiapan mereka yang luar biasa ini hanya untuk menangkis serangan Houthi Yaman, yang sejak satu dekade lalu Houthi diperangi oleh gerombolan pasukan bertopeng Islami yang disokong persenjataannya oleh Saudi Arabia dan Amerika secara terang-terangan.

Roket Houthi yang diluncurkan mengarah ke Tel Aviv untuk memukul pasukan Zionis yang terusmenerus menyerang saudara-saudara mereka di Gaza dicegat oleh bukan saja rudal-rudal pencegat dari kapal perang Amerika yang mondar-mandir dengan panik di sekitar Laut merah namun juga dijatuhkan oleh rudal pencegat Saudi Arabia. Topeng angkara itu jatuh! Ketidak-mampuan Amerika menghadapi kelompok Houthi secara terbuka adalah karena ketakutan mereka akan ancaman serius Houthi untuk menyerang pangkalan-pangkalan Amerika di jazirah Arab, jika Amerika ikut campur dalam persoalan Gaza.

Artinya? Jika Amerika berani menargetkan Houthi karena serangan mereka ke Tel Aviv (yang digagalkan) maka perang regional yang dahsyat takkan terelakkan, ditengah terkuras habisnya energi Eropa akibat bantuan mereka ke Ukraina untuk melawan Rusia dan penghentian pasokan gas Rusia ke Eropa. Eropa jelas akan menarik diri dari dukungan militer kepada Israel dan Amerika, walau saat ini 10 negara termasuk negara-negara Eropa join dalam koalisi Amerika di Laut Merah.

Bukan hanya Amerika, sekutu Arab Amerika dan Israel seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, harus membayar mahal blokade Laut Merah oleh ancaman serangan roket balistik Houthi yang menargetkan kapal apapun yang “berbau” Israel di Laut Merah, termasuk kapal-kapal cargo. Perdagangan negara-negara Arab ke Eropa dan sebaliknya harus mengitari benua Afrika untuk menghindari Laut merah.

Biaya perdagangan kini melonjak. Untuk menghindari itu, Saudi, UAE, Oman, Qatar kini harus merayap dengan kendaraan darat melalui gurun panas untuk mencapai Jordan lalu Pelabuhan Israel dan berlayar dari pelabuhan-pelabuhan Israel ke Eropa, tetap dengan resiko yang sama bahwa pelabuhan Israel dalam radius roket kelompok pejuang Palestina dan Lebanon. Sejak berhentinya perang 2006 antara Hizbullah dan Israel, Laut mediterania yang membentang dihadapan Haifa, Ashkelon, Ashdood berada dalam radius bidikan target ballistic misile roket Khaibar dengan presisi meleset hanya sejauh 1m yang kini telah dimiliki Hizbullah Lebanon.

Roket Fateh-110, Zilzal-1 dan 2 yang dihadiahkan Iran ke pejuang Lebanon melalui Suriah ini bukan hanya berjumlah ratusan atau ribuan, tetapi ratusan ribu yang mampu menjangkau hingga 400 km. Artinya mampu menjangkau seluruh wilayah Israel dari Kiryat Shmouna hingga Eilat. Ancaman mematikan bagi apapun yang mengapung di Laut mediterania dan merayap di gurun Negev termasuk wilayah Dimona (lokasi pengayaan uranium Israel dalam pembuatan senjata nuklir).

Gaza, perlawanan dari kamp konsentrasi terbesar dunia yang ada di muka Bumi
Yang terjadi pada 7 Oktober adalah jatuhnya topeng kedigdayaan Israel yang dulu dikenal sebagai the invicible army, pasukan tak terkalahkan. Propaganda Zionist yang usianya kini telah mendekati masa senjanya. Operasi Taufan al Aqsa Hamas dilancarkan secara tiba-tiba saat sebagian penduduk Israel merayakan pesta musik Nova di Selatan Israel. Kekuatan dan kecanggihan teknologi Israel runtuh seketika ketika pasukan Hamas dan Jihad Islami masuk ke wilayah Israel dengan paraglider, dan juga bahkan dengan membobol dinding pemisah Gaza dan Israel.

Tamparan yang sangat keras kepada badan intelejen Israel, Mossad, dan pasukan IDF. Kegagalan ini menuai kemarahan besar Langley Virginia dan Pentagon yang merupakan produser utama dari drama tragis genosida di Gaza saat ini.

Setelah 70 hari serangan pasukan Israel, pasukan IDF tidak mampu menguasai Gaza. Dari sumber yang sangat terpercaya, tidak kurang dari 2,000 pasukan IDF hingga saat ini berada di dalam kota Gaza, yang merupakan bagian dari 90 batalion gabungan pasukan elite IDF yang terdiri dari sekitar 30 batalion Golani, 30 Batalion Givati, dan 30 Batalion Nahal.

Satu hal yang harus dicatat baik-baik, bahwa pasukan gabungan ini mendapat arahan secara detail oleh pasukan Delta Force Amerika di Gaza dan perbatasan Gaza! Jika ini benar (dan saya yakin sangat benar dari sumber ini) maka Amerika telah menipu rakyatnya dengan menyeret pemuda mereka ke dalam neraka kematian di Gaza dan telah menipu dunia internasional dengan pernyataan Menteri Pertahanan Amerika Llyod Austin bahwa sepatu boot tentara Amerika belum dan tidak akan menginjak Gaza!

Saya mempersilahkan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta untuk mengklarifikasi ini, dan ini adalah fungsi diplomat! Kebohongan ini merupakan cerminan kepengecutan Amerika Serikat yang nyata yang ingin mencuci tangan mereka dari keterlibatan langsung perang dan berlindung dari target-target serangan di dalam dan di luar medan perang Timur Tengah yang dapat mengakibatkan posisi-posisi diplomat mereka dalam target-target kelompok perlawanan. Keputusan keterlibatan Amerika ini juga merupakan sebuah langkah Amerika untuk memastikan bulldog mereka di Timur Tengah tetap menyalak untuk mengingatkan para pemimpin Arab.

Saat ini ada sekitar 3,000 tank dan kendaran perang mengepung Gaza, dan hingga saat ini sekitar 500 kendaraan militer termasuk tank tercanggih mereka Merkava V dan kendaraan penunjang lainnya hancur ditangan para pejuang Palestina di Gaza. Sekali lagi, Israel menutup informasi ini ke publik. Hal ini untuk memberikan rasa confidence kepada sekutu Arab mereka di Timur Tengah bahwa Timur Tengah under control di bawah kendali Amerika dan Israel.

Perlu juga dicatat bahwa dari sekitar 250 orang yang ditawan pasukan perlawanan, setengah telah dikembalikan ke Israel yang terdiri dari berbagai identitas kewarganegaraan, dan sekitar 100 lebih masih ditawan. Sebuah sumber yang akurat menyebutkan 100 lebih dari tawanan yang masi berada di tangan Hamas itu adalah tentara IDF dengan berbagai level pangkat dari prajurit hingga perwira menengah dan 3 orang Jenderal IDF.

Sebuah stok tawanan yang sangat berharga untuk menukar warga Palestina yang ditahan dalam penjara-penjara Israel. Israel merahasiakan ini untuk menutup rasa malu mereka oleh kegagalan ini. Sebuah kegagalan entitas haram sejak 1948 yang bernama “Israel”. Ini adalah prestasi tangkapan terbesar bersejarah sejak pendudukan Israel 1948.

Dari 100 lebih tawanan warga sipil Israel yang telah dibebaskan, Hamas berhasil menukar lebih dari 240 warga Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israelselama bertahun-tahun dengan usia mayoritas remaja perempuan berumur belasan tahun termasuk Ahed Tamimi, aktivis remaja wanita Palestina yang terkenal dengan aksi heroiknya menampar dan menendang tentara Israel dihadapan kamera-kamera jurnalis internasional. Wajah dengan rambut keritingnya banyak menghiasi dinding-dinding apartheid antara Gaza dan Israel sebagai simbol perlawanan remaja Palestina.

Bagaimana dengan klaim ribuan orang yang tewas pada aksi 7 Oktober? Bacalah harian Maariv Israel, dan media Israel lainnya seperti Haaretz, Yediot Ahronout, dimana mereka membuka busuknya disinformasi IDF. Harian itu melaporkan pasukan Israel yang justru panik dengan serangan penculikan Hamas dalam festival music Nova dan mereka membunuh kelompok orang yang bercampur dengan Hamas itu dengan helicopter Apache.

Tanggal 18 Oktober harian online kelompok liberal Israel Haaretz itu menuliskan berdasarkan investigasi polisi Israel, heli apache Israel menembaki kerumunan masa yang bercampur dengan Hamas pada festival music Nova itu dari atas. Pilot heli sulit membedakan mana Hamas dan mana warga Israel dan ia melakukan penembakan membabi buta dengan senapan mesin helicopter Apache.

Pada 8-9 Oktober sejumlah 2,044 orang di Israel dilaporkan tewas dan 250 tentara terluka dan berada dalam kondisi kritis akibat salah serangan itu. Tidak lama, seluruh media itu disensor oleh intelijen Israel dan menutup seluruh laman yang melaporkan hasil investigasi tersebut.

Sebaliknya IDF melancarkan propaganda dan klaim sepihak bahwa pasukan perlawanan Palestina membantai lebih dari 1,200 orang Israel dalam peristiwa 7 Oktober, memperkosa wanita dan mayatnya, memenggal bayi dan memasukannya ke dalam oven dan menyamakan aksi Hamas sebagai ISIS nya Palestina, tanpa pernah mereka menunjukkan bukti klaim itu ke publik.

Propaganda yang gagal! Hari pertama Israel mengklaim 100 orang tewas oleh Hamas, tidak lama kemudian 500, 700 dan 1,200. Norman Finkelstein, seorang political scientist Yahudi dari Amerika yang secara aktif mengikuti perkembangan konflik Israel-Palestina mempertanyakan bagaimana bisa Israel dengan intelejen dan militernya memiliki sophisticated devices and capabilities serta memiliki akurasi tinggi bisa salah dalam menghitung jumlah korban dengan perbedaan jumlah yang fantastis.

Apakah sulit menghitung jenazah di lapangan terbuka di tempat diakannya festival music Nova? Dimana jenazah 1,200 itu dimakamkan? Seharusnya ada liputan pemakaman massal di media Israel, tapi tidak pernah ada.

Lebanon

Lebanon adalah chapter lain dari rentetan peristiwa 7 Oktober ini. Sejak 8 Oktober, Hizbullah melakukan serangan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel. Roket-roket jarak pendek Hizbullah secara intensif menghancurkan sistem komunikasi Israel termasuk kamera-kamera pemantau perbatasan. Dentuman roket presisi tinggi Hizbullah mengenai sasaran menara-menara komunikasi IDF.

Aksi ini telah menyeret jumlah yang sama tentara IDF untuk merangsek Gaza, yaitu 30 batalion Gollani, 30 batalion Givati, dan 30 batalion Nahal ke utara Israel. Menteri pertahanan Israel Yoav Gallant secara explisit menyatakan kini Israel Bersiap menghadapi musuh bebuyutan mereka pasca kekalahan pahit mereka pada perang 2006 lalu antara Hizbullah dan Israel.

Haaretz menyebutkan Yoav Gallant harus menahan gerak pasukan IDF ke Selatan, dan bahkan memindahkan sebagiannya ke utara. Hizbullah, menurutnya, 10 kali lebih berbahaya ketimbang Gaza. Dengan pengalaman satu dekade di Suriah menghadapi ISIS dan Al Qaeda, Hizbullah memiliki pengalaman tempur yang jauh diatas kemampuan mereka pada Juli 2006, ditambah dengan arsenal canggih Iran yang tiba di Lebanon sepanjang 2007-2022 melalui Suriah.

Balasan dari serangan Hizbullah adalah serangan Israel ke wilayah Lebanon sejauh 3-5 km dari perbatasan, dan tidak segan menargetkan mobil sipil Lebanon, membunuh seluruh penumpang mobil yang terdiri dari seorang nenek dan 3 orang cucu wanitanya. Eskalasi ketegangan meningkat dengan mulainya serangan Hizbullah ke dalam teritori Israel sejauh 5 km, dengan roket presisi yang menghancurkan pemukiman Yahudi di Galile dan Kiryat Shmouna. Sekitar 10,500 penduduk utara Israel mengungsi dan Kiryat shmouna menjadi target bulan-bulanan oleh roket Hizbullah.

Apa pun yang bergerak dalam radius 5 km menjadi target sah Hizbullah. Perlu dicatat bahwa Israel menutup informasi tewasnya 45 tentara elit IDF di utara hingga saat ini dan 1,575 tentara mereka terluka ringan hingga parah. Di lain pihak, Hizbullah mengumumkan syahidnya lebih dari 110 pejuangnya dan lebih dari 20 penduduk sipil Lebanon di sekitar perbatasan.

Masuknya pasukan Delta Force Amerika Serikat yang disebutkan diatas dan lokasi-lokasi pergerakan tank dan pasukan Israel dipantau oleh Hizbullah menit ke menit dalam ruang kendali khusus. Roket presisi tinggi yang masih mereka rahasiakan jenis dan lokasinya secara intensif mereka aktifkan dan mengikuti gerak pasukan Israel dan Delta Force Amerika dan kapal-kapal perang di sepanjang Laut Mediterania.

Jika keadaan memaksa Lebanon untuk terlibat secara penuh dalam perang ini maka dalam hitungan menit roket tersebut sudah dapat mengenai sasarannya dengan presisi kesalahan hanya 1m. Sekedar mengingat kembali, pada perang 2006 lalu Hizbullah berhasil menghancurkan secara tepat melalui siaran live dari stasiun TV Al Manar ke Geladak Kapal perang Saar V milik Zionis yang dikenal memiliki penangkal roket yang canggih.

Laporan yang ada bahwa para operator roket Hizbullah terdiri dari berbagai Insinyur yang memiliki keahlian khusus dalam bidang ini.

Serangan terbatas Hizbullah sepanjang perbatasan adalah untuk menyeret para pembunuh itu ke utara, meski dengan itu mereka harus mengorbankan pemuda-pemuda tangguh mereka yang telah lama antre untuk berada pada front terdepan pada pertempuran dengan zionis. Hizbullah sangat memahami resiko bahwa aksi mereka dapat mengakibatkan serangan dahsyat ke seluruh wilayah Lebanon sebagaimana ancaman ini berulang dilontarkan oleh PM Benyamin Netanyahu. Ancaman ini tidak main-main.

Tapi bagi Hizbullah ini adalah satu-satunya cara memenangkan pertempuran dan peperangan. Bagi mereka cepat atau lambat, Israel akan kembali menganeksasi Lebanon, untuk merealisasikan cita-cita khayal mereka mengibarkan bendera Israel raya yang membentang dari Sungai Eufrat hingga Laut Mediteriania.

Dan kini justru masyarakat dunia menggemakan slogan: Free Palestine from the river to the sea!

Hamas, Jihad Islami, Hizbullah, Suriah, Iran, Yaman, sebuah aliansi strategis gerakan perlawanan

Yaman merupakan “anggota” baru koalisi dari negara perlawanan yang melawan Israel secara terbuka di medan perang. Pembajakan kapal cargo untuk Israel pada beberapa minggu lalu merupakan kejutan baru bagi Israel, Amerika dan sekutu Arab-nya.

Sebuah kejutan yang berada diluar perhitungan mereka pasca 7 Oktober 2023. Yaman memiliki roket jarak jauh yang diluncurkan ke Tel Aviv namun berhasil dicegat oleh Kapal perang Amerika di laut Mediterania dan juga sebagian lainnya dijatuhkan oleh Saudi Arabia sebagai bukti kesungguhan negara minyak itu untuk melakukan normalisasi dengan Israel.

Mohammad Bin Salman memiliki ambisi keras dalam merealisasikan SAUDI VISION 2030 dengan pembangunan kota memanjang sejauh 170 km dan lebar 200m dan pulau terapung OXAGON untuk area industrial yang saat ini membutuhkan dana luarbiasa besar. MBS seperti dalam ceramahnya di hadapan negara-negara arab di Abu Dhabi bertekad akan meng-Eropa-kan Saudi Arabia.

Tidak bisa tidak, sistem kapitalis pembangunan ambisius ini memerlukan dukungan dari lobby Yahudi. Sumber terpercaya dari luar dan dalam negeri menyebutkan bahwa Saudi Arabia Tengah melobi dan mendorong Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia untuk segera melakukan normalisasi dengan Israel.

Jatuhnya roket Houthi oleh anti-missile system milik Saudi adalah jawaban Saudi atas keraguan Tel Aviv akan kesungguhan Riyadh untuk melakukan normalisasi.

Adapun Hamas dan Jihad Islami memiliki sejarah panjang yang hangat dengan Iran dan Hizbullah. Nampaknya kedekatan Hamas dan Jihad Islami dengan orang-orang Syiah ini bukan hal yang baru, mengingat pendiri kedua organisasi ini yaitu Sheikh Ahmad Yasin dan Fathi Shiqaqi memiliki hubungan yang sangat erat dengan Republik Islam Iran.

Pada pemberontakan di Suriah tahun 2011 dimana muncul faksi-faksi bersenjata di Suriah, Hamas “terbelah” menjadi dua. Khalled Meshaal sebagai ketua Polit Buro Hamas mendukung pemberontakan di Suriah. Meshaal salah perhitungan dimana ia mengharapkan Mohammad Al Mursi di Mesir dapat menjadi the true parents bagi Hamas untuk mendapatkan dukungan setelah Hamas diusir dari Suriah pasca pernyataan Khaleed Meshaal yang mendukung pemberontak Suriah.

Dunia arab mengetahui bahwa Suriah yang selama ini memfasilitasi Hamas, melindungi kantor perwakilan Hamas di Mazzeh, Damascus, mensuplai senjata-senjata dan roket melalui agen-agen Hizbullah di Mesir dan menyelundupkannya ke Gaza (sebagaimana juga di sampaikan melalui sebuah kecaman oleh Presiden Mesir Husni Mubarak sebleum kejatuhannya), kini justru mendapatkan penghianatan dari aliansi nya, yaitu Hamas.

Berbeda dengan Khaled Meshaal, Ismail Haniyyah justru merapatkan kubunya ke Iran ketimbang ke Mesir. Pasca terbunuhnya Qasem Soleimani, yaitu pemimpin garda pasukan Al Quds Iran, Haniyyah terbang ke Tehran dan menyatakan belasungkawanya secara terbuka dan secara lantang menyatakan Syahidnya Soleimani adalah Syahid Al Quds.

Sumber informasi terpercaya menyatakan dana bantuan Iran pun kini mengalir langsung ke Ismail Haniyyah ketimbang ke Khaled Meshaal. Dan nampaknya kini peran Meshaal redup jika tidak dapat dikatakan berakhir.

Berbeda dengan Hamas, Jihad Islami memiliki hubungan yang sangat mulus dengan Iran dan Hizbullah di Lebanon. Jihad Islami, sebagaimana Hamas, juga memiliki ruh politik yang sama yaitu dari Rahim Ikhwanul Muslimin Mesir.

Namun demikian, dari sumber yang sangat terpercaya, nampaknya serangan 7 Oktober tidak pernah dikoordinasikan Hamas dengan Jihad Islami di Gaza kecuali pada menit-menit terakhir menjelang operasi Taufan Al Aqsa.

Dan Hizbullah sebagai aliansi strategis Hamas pun bahkan tidak mendapatkan koordinasi yang cukup, kecuali bahwa Hamas meminta Hizbullah terlibat perang yang jauh lebih dalam ke wilayah Israel. Sejauh ini hitungan Hizbullah hanya membatasi serangan pada wilayah utara Israel namun semua kemungkinan perubahan bisa saja terjadi. Kalkulasi akhir saat ini oleh Hizbullah adalah membatasi medan pertempuran di front utara sampai sejauh 3-5 km dari border Israel.

Hizbullah tidak akan mengambil resiko kegilaan Israel untuk meng-Gaza-kan seluruh wilayah Libanon, dari Naqoura hingga Tripoli di wilayah utara Libanon. Sebuah game yang terlalu berani untuk melibatkan Libanon dalam perang dahsyat yang mungkin dampaknya sepuluh kali lebih mematikan dari perang Hizbullah-Israel 2006.

Lalu, bagaimana dengan Suriah? Nampaknya Suriah masih terengah-engah dengan perang panjang melawan pemberontak gabungan dari 82 negara sejak 2011 hingga saat ini. Suriah hanya dapat menjadi tamu bagi para anggota aliansi perlawanan. Luka hubungan Suriah dengan kelompok perlawanan Palestina nampaknya masih menganga.

Hizbullah sebagai kelompok yang memiliki hubungan erat dengan semua aliansi perlawanan dikabarkan tengah menarik tangan Suriah dan Hamas untuk berjabat tangan. Jika hubungan ini dapat dipulihkan (dan nampaknya sedang dalam proses) maka tidak lama lagi Hamas dan Jihad Islami akan kembali memiliki kantor di Damaskus, dan bukan di Doha dimana Qatar memiliki hubungan strategis dengan Israel apalagi Turki, dimana Turki dan Israel memiliki hubungan dagang dengan intensitas tinggi dan merupakan anggota blok pertahanan Atlantik Utara atau NATO.

Penutup

Datanglah datanglah, siapa yang ingin berperang, diantara Kabul dan Beirut..
Dengarlah, dengarlah.. Hymne perang berlagu kencang, Kian hari, kian meluas
Lihatlah lihatlah, Amerika ditendang Iran..
Persaudaraan, keberanian, keserakahan.. tercecer jadi puing
Di sana, yang lemah bisa kuat, yang kuat bisa saja kalah..
Taukah taukah..
Begin, Arafat, Assad, Khomeini, Khadafi, Karmal, Reagan, Andropov..
Siapa yang jadi pahlawan? Atau semua sia-sia?
Bilakah semua ‘kan berakhir? Kehancuran atau kebangkitan?

Di atas adalah lirik lagu yang diciptakan oleh Bimbo pada 1984, namun nampaknya hari inilah lagu itu sangat tepat untuk didengar kembali.

Apakah perang Gaza ini akan meluas? Tidak ada yang mengharapkan meluasnya perang, kecuali bagi mereka yang telah frustasi dengan masa depannya yang perlahan dan pasti kehancurannya. Perang ini telah menjadi perang terbesar dan terlama sepanjang sejarah berdirinya Israel.

Dengan lamanya perang ini, Israel tidak akan mampu bertahan dengan perekonomian yang terpuruk, pengungsian besar-besaran warga Israel dari perbatasan dengan Gaza dan Lebanon bahkan meninggalkan negaranya dan berpindah ke Amerika dan Eropa (dimana kebanyakan warga Israel memiliki dua kewarganegaraan).

Ini adalah perang ekistensial bagi Israel dan Amerika Serikat tentunya, perang yang akan menentukan masa depan ekistensi dominasi Amerika di Timur Tengah. Itulah mengapa mereka bertekad menghabisi Hamas selamanya. Now or never.

Lalu apa jadinya Amerika tanpa Israel? Tanpa Israel Amerika di Timur Tengah adalah gelandangan pecundang yang akan mengais minyak dari tong-tong sampah kilang teluk.

Auman Amerika dulu terdengar menakutkan para pemimpin Arab akan terdengar bagaikan eongan anak kucing yang mengharap secangkir susu dari sapi yang dulu diperahnya. Sebuah kehancuran pasti yang dibangun dari keangkuhan dan angkara.

Sumber : Tulisan ini merupakan opini dari penulis lepas Mochammad Baagil, melalui MEDCOM

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *