Kemanusiaan yang Hilang, Sakit Jiwanya Tentara Israel Share Video Gembira Penyiksaan Warga Palestina

Foto : Psikopat – Tentara Israel (IDF) pengecut sudah banyak menculik dan membunuh anak-anak, wanita, dan orang lanjut usia yang tidak berdaya dengan cara yang paling kejam. Sebuah laporan mengonfirmasi kalu tentara IDF tertarik dan punya kecenderungan untuk menampilkan dan membagikan klip video dan foto pelanggaran kemanusiaan yang mereka lakukan di Gaza.(oln)

Resistensi.id – Perang Gaza menghadirkan sisi kelam kemanusiaan, bukan cuma soal nasib jutaan pengungsi Palestina tetapi juga perilaku ofensif dari tentara pendudukan Israel.

Sebuah ulasan di situs JN, mengulas kesakitjiwaan dari para tentara Israel (IDF) dalam perang Gaza dalam dalih membalas Hamas karena serangan 7 Oktober 2023.

Laporan itu menampilkan sebuah laporan terbitan situs Perancis Orient XXIA, Jumat (16/2/2024) yang mengonfirmasi kalau para tentara IDF tertarik dan punya kecenderungan psikopat untuk menampilkan dan membagikan klip video dan foto pelanggaran kemanusiaan yang mereka lakukan di Gaza.

“Unggahan-unggahan ini untuk meng-highlight superioritas mereka dan bangga atas kejahatan (kemanusiaan) mereka,” tulis ulasan tersebut.

“Di era media sosial, tentara IDF sangat antusias untuk berbagi video dan foto. Menurut mereka, warga Palestina yang ditahan – bukan lagi laki-laki, perempuan, atau anak-anak; yang ada hanyalah “musuh” yang harus dibunuh dan “sesuatu” yang harus dihilangkan,” tulis Khaberni melaporkan.

Hal yang paling mencengangkan adalah banyaknya foto dan video yang diambil oleh para tentara IDF sambil tertawa gembira dan mengejek.

Laporan tersebut membandingkan situasi ini dengan kejahatan kemanusiaan di Penjara Abu Ghraib di Irak, di mana tentara Amerika Serikat mendokumentasikan serangan keji mereka terhadap tahanan Irak.

Bernyanyi di Tengah Puing Reruntuhan
Berbagai video beredar di internet yang memperlihatkan tentara IDF menikmati kehancuran dan penderitaan hidup warga Palestina.

Beberapa video tersebut antara lain:

▪️ tentara IDF yang menikmati harta benda anak-anak Gaza yang terlantar.

▪️ Di video lain tentara IDF, sambil bernyanyi di tengah reruntuhan, masuk ke brankas di rumah warga Palestina.

▪️ tentara IDF membual tentang penghancuran gedung-gedung di Universitas Al-Azhar di Gaza.

▪️ Dua tentara IOF merokok sementara sejumlah rumah warga sipil dihancurkan.
Dua tentara melamar di sebuah sekolah yang baru-baru ini dibom di Gaza utara.

▪️Seorang tentara IDF merayakan pertunangannya dengan rekan-rekannya, menghitung mundur hingga sebuah bom meledak di gedung sipil tepat di belakangnya.

Laporan tersebut juga menyebutkan klip video yang “lebih terorganisir” yang menunjukkan tentara IDF bersiap meluncurkan roket di depan kamera, diiringi musik.

“Tindakan-tindakan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai tindakan IDF dan pengabaian mereka terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia,” ulas laporan tersebut.

“Penting untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran kemanusiaan tersebut.”

Video-video ini tidak hanya terjadi di Gaza tetapi telah diposting oleh tentara IDF yang melakukan penyerbuan di Tepi Barat, khususnya di Jenin.

Salah satu video menunjukkan tentara IDF merokok hookah dan makan keripik kentang, merasa nyaman di sebuah rumah warga Palestina yang mata penghuninya ditutup dan tangan mereka diikat ke belakang.

Video lain dari Jenin menunjukkan seorang tentara IDF membacakan doa Yahudi dari sebuah masjid.

Menandatangani Peluru Artileri
Menurut laporan tersebut, tren terkini di kalangan tentara IDF adalah penandatanganan peluru artileri beserta pesan.

Presiden Israel Isaac Herzog sendiri melakukan tindakan tersebut saat melakukan kunjungan lapangan pada 25 Desember 2023.

Laporan tersebut juga mengakui peran influencer online Israel.

Misalnya, blogger dan tentara Guy Hochman terlihat mengunjungi rumah yang hancur di Gaza, seolah-olah dia sedang mengunjungi apartemen sewaan di Airbnb.

Dengan nada yang sangat menyindir, Hochman menunjukkan plafon yang bobrok, lantai yang tertutup puing-puing, dan dinding yang dihiasi pesan-pesan anti-Palestina yang berbunyi, “Seluruh tempat tinggal ini gratis.”

Dalam video lain yang direkam di Gaza, ia menyatakan, “Pasir ini milik kita, laut ini milik kita.”

Kebanggaan dalam Kehancuran
Laporan tersebut menyoroti kalau perilaku aneh dalam perang ini, yang diwakili oleh tentara IDF sendiri, mengungkapkan apa yang oleh sosiolog politik Yagil Levy disebut sebagai “dehumanisasi melalui penghinaan.”

Sentimen ini meliputi sebagian besar masyarakat Israel.

Khususnya, terkait muncul video yang menunjukkan orang-orang Israel yang menyamar dengan pakaian Palestina selama pertunjukan teater, mengejek pembantaian yang terjadi hanya beberapa kilometer jauhnya.

Seorang aktivis Israel yang tinggal di Jerman, Nimrod Flashenberg, berkomentar, “Yang meresahkan adalah mereka memfilmkan diri mereka sendiri saat merayakan pemboman universitas dan rumah di Gaza.

Sungguh mengherankan betapa besarnya kegembiraan dan kebanggaan yang dirasakan para prajurit ini dalam menghancurkan sebuah negara dan penduduknya. Keterpisahan dari kemanusiaan ini begitu mendarah daging sehingga mereka tidak percaya bahwa mereka melakukan kesalahan apa pun.

Namun, kami hanya melihat sekilas karena tentara memantau dan mengontrol membocorkan gambar dari garis depan.”

Tindakan menandatangani peluru dan merayakan kehancuran menimbulkan pertanyaan etika kemanusiaan yang serius dan menggarisbawahi kompleksitas konflik di wilayah tersebut.

“Mentalitas Israel seolah-olah menghapus keberadaan penduduk Gaza dan menyalahkan Hamas atas semua kerugian warga sipil,” tulis laporan tersebut.

Ingat, mentalitas ini juga ada dan bersumber dari tokoh elite Israel seperti saat Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant menyebut warga Palestina di Gaza sebagai ‘human animal’.

Laporan Orient XXIA mencatat, berdasarkan klip video ini dan bukti yang didokumentasikan oleh UNRWA, perwakilan dari Afrika Selatan mendukung pengaduan mereka yang diajukan ke Mahkamah Internasional (ICJ). Keluhan ini menyoroti kalau video-video ini mewakili “genosida pertama yang disiarkan secara langsung.”

Meskipun ada upaya untuk melaporkan klip video ini, klip video tersebut tetap terlihat online.

Sementara itu, konten yang berkaitan dengan peristiwa kekerasan terhadap warga Palestina di Gaza secara rutin diawasi dan dilarang.

Sumber : JN

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *