Mengapa Yaman Bisa Pecundangi AS di Laut Merah?

Fofo: Kapal Perang AS Terbakar di Laut Merah, apa yang akan terjadi lebih besar, lebih parah dan lebih mengerikan.(SS)

Resistensi.id – Mengapa AS kalah perang melawan Yaman, Mengapa Yaman tidak hanya mampu bertahan, tapi juga meningkatkan serangan mereka?

Biden mengatakan bahwa serangan udara tersebut mengirimkan “pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra kami tidak akan mentolerir serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi di salah satu rute komersial paling penting di dunia.”

Serangan udara akhirnya diizinkan terhadap Yaman yang menyerang kapal-kapal di Laut Merah.

Nampaknya pesan Biden tidak terlalu jelas, karena militer Yaman kemudian menyerang kapal minyak milik sebuah perusahaan Amerika dan menghabiskan dua bulan berikutnya untuk mengawasi dan mengontrol Laut Merah.

Kelompok perlawanan dukungan Iran yang menguasai sebagian besar Yaman itu telah melancarkan serangan yang lebih dahsyat terhadap kapal-kapal AS dan Inggris, tak berhenti sampai disitu Yaman sebelumnya juga memperingatkan untuk mengerahkan drone bawah laut dan memperingatkan akan adanya serangan “kapal selam”.

Pengepungan Laut Merah telah mempengaruhi pengiriman dan harga komoditas di seluruh dunia. Angkatan Laut AS mengalami ketakutan dan mengakhiri sebagian besar pengiriman kargonya di Laut Merah, begitu pula banyak perusahaan pelayaran sipil.

Biden tidak memiliki cukup nyali untuk berperang dengan Yaman. Serangan awal Amerika hanya menargetkan kurang dari 30 titik lokasi yang dianggap tempat berkumpulnya tentara Yaman. Sedangkan militer Yaman telah menembakkan lebih dari 1.000 roket dan rudal yang jelas-jelas dipersiapkan untuk kampanye serangan roket jangka panjang.

Setelah gelombang serangan angkatan bersenjata Yaman, Angkatan Laut AS hanya beralih kepada “serangan udara defensif” terhadap rudal atau roket Yaman yang telah diluncurkan atau sedang dipersiapkan untuk diluncurkan.

Laporan yang diulang ulang terkait “serangan udara defensif” membuat seolah-olah Amerika Serikat terus-menerus membom Yaman, padahal sebenarnya Angkatan Laut AS hanya melakukan tindakan minimal untuk mencegah dan bertahan dari serangan-serangan militer Yaman yang datang bertubi-tubi itu.

Dua minggu setelah serangan pertama, militer Yaman tetap melanjutkan serangan mereka, Biden mengizinkan serangan udara lanjutan hanya di delapan lokasi. Seminggu kemudian, sebuah kapal tanker tujuan Israel ditabrak dan terbakar. Pada awal Februari, Biden menandatangani lagi serangan putaran ketiga, yang mencapai 36 sasaran di 13 lokasi. Dalam beberapa minggu berikutnya, Yaman berhasil menembak jatuh drone AS untuk kedua kalinya.

Seperti yang sudah diakui Biden setelah serangan AS yang pertama, Yaman dianggap tidak akan berani melakukannya lagi. Tujuan AS adalah untuk menjaga keseimbangan kekuatan melawan militer Yaman.

Departemen Pertahanan AS secara berkala mengeluarkan peringatan resmi kepada Yaman bahwa akan ada konsekuensinya. Namun tidak pernah ada konsekuensi, satu-satunya konsekuensinya adalah serangan udara kecil yang sesekali dilakukan AS terhadap kemampuan pertahanan udara dan roket Yaman yang konvensional, beberapa di antaranya sudah ada sejak zaman Uni Soviet.

Apa kesalahan yang dilakukan pemerintahan Biden? Terlepas dari hasilnya, karena mereka hanya mampu menargetkan drone dan rudal Yaman yang murah meriah.

Ini merupakan kegagalan AS dalam pendekatannya terhadap Yaman, kegagalan yang sama juga terjadi di Irak dan kegagalan ini diadopsi oleh Israel yang digunakan terhadap Hamas.

AS juga gagal dalam upaya untuk mencegah serangan, meminimalkan korban jiwa dan menghindari eskalasi perang.

Sumber : Opinion Middle East

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *