PM Malaysia Bicara Soal Hamas, Bikin Jurnalis Jerman Naik Pitam

Foto: Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim berbicara dalam sebuah acara di Australian National University (ANU) di Canberra pada 7 Maret 2024. (AFP)

Resistensi.id – Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim melontarkan pernyataan menohok saat menanggapi tuduhan media internasional soal dirinya bersimpati dengan Hamas. Anwar menyatakan bahwa dirinya memandang Hamas dari kacamata kebebasan, bukan dari kacamata penjajah.

Dia juga menegaskan bahwa hanya penjajah yang memandang para pejuang kemerdekaan sebagai teroris. Menurut Anwar, dirinya sama sekali tidak pernah memandang Hamas sebagai kelompok teror.

Seperti dilansir The Star, Senin (18/3/2024), Anwar dalam pernyataannya juga menegaskan bahwa Malaysia akan berpegang teguh pada prinsipnya dalam menegakkan kemerdekaan, keadilan dan kebebasan.

Penegasan itu disampaikan Anwar saat berbicara dalam pertemuan bulanan Departemen Perdana Menteri Malaysia pada Senin (18/3) waktu setempat.

Dalam pernyataannya, Anwar mengatakan bahwa dibombardir dengan pertanyaan-pertanyaan sulit oleh media internasional yang menuduhnya bersimpati dengan Hamas, tidak akan menghalangi dirinya untuk mengungkapkan kebenaran mengenai genosida yang sedang terjadi di Jalur Gaza.

“Jurnalis Jerman dengan nada kasar(naik pitam) bertanya mengapa saya mengenal dan berteman dengan Hamas, tetapi jawaban saya sederhana: Apakah konflik Palestina-Israel dimulai pada 7 Oktober (2023)?” ucap Anwar.

“Tidak, itu dimulai tahun 1948 ketika sejumlah besar warga Palestina diusir dan dibunuh. Sejak itu, kita menyaksikan berita genosida yang sama setiap tahun,” ujarnya.

Anwar kemudian menyinggung negara-negara yang memperjuangkan kemerdekaannya, salah satunya Indonesia, yang merupakan tetangga Malaysia.

“Pikirkan soal Vietnam, Aljazair, Indonesia, dan Afrika Selatan. Bagi kami, (pejuang Melayu) Mat Kilau bukanlah teroris,” sebutnya.

Lebih lanjut, Anwar mengatakan tidak adil jika hanya fokus pada serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, ketika warga Palestina sudah menderita di tangan rezim Zionis selama lebih dari 75 tahun.

Dia juga menyinggung soal label teroris yang sempat diberikan kepada mendiang mantan Presiden Afrika Selatan (Afsel) Nelson Mandela oleh negara-negara Barat sebelum mereka mengubah narasi mereka soal peraih Nobel tersebut.

“Jangan lupa bahwa selama 20 tahun, Mandela dianggap teroris karena orang-orang itu memandangnya dari kacamata penjajah, bukan dari sudut pandang pejuang kemerdekaan,” ucap Anwar.

“Narasinya bergantung pada prinsip kami. Ini tentang kebebasan, kemandirian, dan keadilan. Ini adalah pertanyaan etis yang lebih besar,” ucapnya.

“Banyak yang bertanya mengapa saya memilih untuk mendukung Hamas, tapi saya mengatakan saya tidak pernah memandang mereka sebagai teroris dan saya, bersama Zahid, terus menikmati hubungan baik dengan badan politik Hamas,” tutur Anwar, merujuk pada Wakil PM Ahmad Zahid Hamidi yang juga hadir dalam pertemuan itu.

Sumber : The Star

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *