Melacak Operasi ‘Hasbara’Strategi Propaganda Israel di Indonesia

Resistensi.id – Naraya merupakan salah satu jurnalis yang berangkat ke Israel pada tahun 2017. Ia berangkat bersama sejumlah jurnalis media lain dan aktivis Non-Governmental Organization (NGO) asal Indonesia.

Dalam pengakuannya kepada Deduktif.id, Naraya menyebut bahwa perjalanan ke Israel saat itu merupakan sebuah “propaganda-trip”.

“Jadi memang kita diajak diskusi, diajak ke tempat-tempat yang intinya itu untuk menunjukkan superioritas teknologi mereka, superioritas ideologi mereka, superioritas negara Israel dibandingkan negara Arab atau Palestina,” urai Naraya.

Undangan untuk berangkat ke Israel itu sudah sejak lama Naraya ketahui. Di tahun sebelum ia berangkat, beberapa temannya yang juga bekerja di media, acap mendapat undangan untuk mengikuti propaganda-trip itu.

Naraya mengaku kalau undangan keberangkatan ke Israel itu memang dirancang sebagai bentuk diplomasi publik Israel. Terutama untuk mengkooptasi figur-figur penting seperti jurnalis dan key opinion leaders (KOL) di sejumlah negara, untuk melegitimasi kebijakan Israel, atau bahkan menopengi kejahatan perang Israel.

Upaya diplomasi Israel ini belakangan disebut oleh publik pro-Palestina di dunia dengan istilah “Hasbara”.

  1. Pemerintah Israel memakai istilah “Hasbara” sebagai nama lain dari upaya propaganda sekaligus strategi diplomasi publik mereka pada dunia.
  2. Sejumlah jurnalis, politisi, key opinion leaders, dan aktivis Non-Governmental Organization (NGO) asal Indonesia pernah berangkat ke Israel sebagai bagian dari Hasbara.
  3. Act.IL dan HasbaraApp merupakan 2 aplikasi yang dikembangkan Israel dalam operasi Hasbara.
  4. Seorang mahasiswa asal Indonesia yang pernah studi di Israel, pernah mengikuti program Hasbara hackathon yang diikuti oleh sejumlah mahasiswa dan data scientist.
  5. Hasbara Fellowships mengundang mahasiswa di seluruh dunia untuk mengikuti pelatihan advokasi Israel.

“Kita jalan ke Israel, tapi itu tidak untuk dipublikasi. Perjalanannya dirancang rahasia,” ungkap Naraya (bukan nama sebenarnya), seorang pemimpin redaksi salah satu surat kabar di Indonesia, kepada Deduktif.id pada 21 November 2023 silam.

Lantas, sejauh mana Hasbara menjadi metode propaganda Israel? Lewat kanal apa saja mereka beroperasi? Lalu, sudah semasif apa operasi Hasbara di Indonesia?

Apa itu Hasbara?
Dalam sebuah laporan di Los Angeles Times pada 28 Januari 1988 yang ditulis oleh jurnalis gaek Dan Fisher, Hasbara dalam bahasa Ibrani mengacu pada pengertian “penjelasan”, “informasi”, atau bentuk eufimisme lain dari “propaganda”.

Laporan itu terbit setelah beberapa hari sebelumnya terjadi serangan tentara Israel terhadap penduduk Palestina di Samaria (West Bank) dan Gaza. Lewat sejumlah juru bicara Israel saat itu, pemerintah Israel berupaya untuk memperbaiki reputasi tentara mereka.

Kendati demikian, istilah Hasbara sudah muncul sejak tahun 1930-an.

Mengacu pada artikel “From Sokolow to Explaining Israel” yang termaktub dalam jurnal penelitian Ibrani Revue Européenne des Études Hébraïques (REEH)—yang ditulis oleh jurnalis bernama Gideon Kouts—Hasbara secara resmi diperkenalkan pada kosakata Zionis oleh presiden World Zionist Organization periode 1931-1935, yakni Nahum Sokolow.

Kemudian, penyebutan awal Hasbara di media cetak muncul di tahun 1979 dari tulisan William Clairborne di The Washington Post. Dalam tulisan itu, Clairborne membahas tentang pemerintah Israel yang mencabut larangan pembelian tanah Arab.

Hari ini, pemerintah Israel lantas memakai istilah “Hasbara” sebagai nama lain dari strategi membangun citra mereka pada dunia. Di mana Hasbara juga menjadi mesin propaganda untuk melawan kecaman publik, dan solidaritas internasional terhadap Palestina.

Operasi Hasbara sebagai metode diplomasi publik, tak terlepas dari peran Israel Citizens Information Council (ICIC) sebagai lembaga penempa aktor-aktornya.

Dalam sebuah rilis pers dari ICIC yang dipublikasi pada 29 Agustus 2007, ICIC merinci apa saja yang mereka lakukan dalam operasinya.

Operasi Hasbara yang ICIC lakukan di antaranya adalah:

1
Melatih pembicara dan mengorganisir media di luar negeri

2
Menjadi tuan rumah bagi kunjungan dari luar negeri

3
Memberikan bantuan dan bimbingan bagi individu serta kelompok yang terlibat dalam Hasbara

4
Mendukung kegiatan kelompok mahasiswa yang mengadvokasi pesan-pesan pro-demokrasi, hak asasi manusia, dan anti-teror

Israel sangat menyadari bahwa persepsi mampu membentuk kenyataan. Meskipun mereka melakukan kejahatan perang tanpa mendapatkan hukuman, mereka hanya dapat melakukan hal itu jika terdapat mesin propaganda yang cukup kuat untuk melawan kecaman publik, dan solidaritas internasional terhadap Palestina.

Di sinilah Hasbara berperan penting sebagai alat pengiriman pesan utama Israel pada dunia.

Dikutip dari laporan TRT World—stasiun berita yang berbasis di Istanbul, Turki—pada 2021 silam, Hasbara menyasar sejumlah diplomat, politisi, dan masyarakat melalui media massa. Hasbara juga menjangkau berbagai lembaga pemerintah, pusat-pusat penelitian, universitas, organisasi nonpemerintah, dan firma-firma yang biasa melakukan lobi level tinggi.

Pemerintah Israel bahkan menawarkan beasiswa hasbara. Program ini merupakan beasiswa dan hibah untuk mendorong advokasi pro-Israel, yang menyasar sejumlah individu mulai dari jurnalis hingga blogger, untuk menciptakan citra positif negara itu.

Perjalanan Naraya di Israel dan Bertemu Dubes Israel di Singapura
Dalam rangkaian perjalanan Naraya bersama rombongannya ke Israel, mereka menempuh perjalanan transit atau connecting flight.

“Kalau saya itu, mesti terbang ke Bangkok dulu, baru di sana dikasih visa,” kata Naraya.

Menurut Naraya, penerbangan ke Israel juga tersedia dari Singapura. Semua tergantung ketersediaan penerbangannya. Karena saat itu penerbangan bagi rombongan Naraya tersedia dari Bangkok, jadi visanya pun dikeluarkan dari Bangkok.

Kendati demikian, upaya untuk menghindari penerbangan langsung (direct flight) dari Indonesia ke Israel, bukan semata hanya karena ketersediaan penerbangan. Melainkan salah satu upaya merahasiakan rute perjalanan.

“Dan memang ada semacam code of silence, karena kan nggak lucu kalau diundang oleh Israel terus cerita ke orang-orang. Karena ada juga satu orang yang kalau nggak salah dia cerita terus kemudian ada backlash cukup besar,” timpal Naraya.

Naraya dan rombongannya menaiki maskapai Qatar Airways dari Bangkok ke Israel. Mereka sempat transit terlebih dahulu di Amman, Jordania, sebelum akhirnya melanjutkan penerbangan ke Tel Aviv, Israel.

Ada 2 tipe undangan keberangkatan ke Israel yang selama ini Naraya ketahui. Yang pertama, ada yang diatur oleh negara alias pemerintah Israel sendiri. Yang kedua, diorganisir oleh semacam lembaga think-tank atau NGO yang ada di luar Israel, tapi berafiliasi atau punya kepentingan yang sama.

Dalam keterangannya kepada Deduktif.id, Naraya mengaku kalau yang mengorganisir keberangkatan rombongannya ke Israel pada saat itu, adalah seorang pelobi sekaligus aktivis senior NGO yang berdarah Yahudi-Australia.

Naraya menjalani propaganda-trip di Israel itu selama 6 hari. Jika ditambah dengan waktu penerbangan pulang-pergi, total menjadi 8 hari. Rute keliling pertama rombongan Naraya setibanya di Israel saat itu, adalah menyusuri Tel Aviv.

“Karena Tel Aviv itu kan salah satu pusat industri startup waktu itu. Jadi kita diajak ke kayak “Silicon Valley”-nya Tel Aviv, yang jadi pusat industri startup dan industri-industri teknologi yang sangat canggih dan sangat penting. Sangat krusial. Tapi ya di situ isinya anak-anak muda, savvy-technology-minded.”

Setelah mengelilingi Tel Aviv, Naraya dan rombongan kemudian diajak berdiskusi dengan mantan pejabat senior pemerintah Israel. Naraya berasumsi, apabila keberangkatannya diorganisir langsung oleh pemerintah Israel, kemungkinan mereka akan bertemu langsung dengan pejabat pemerintah Israel.

Namun karena yang mengorganisir keberangkatan rombongan Naraya dari NGO, mereka hanya bertemu dengan mantan pejabat senior.

Naraya dan rombongannya kemudian diajak menyusuri West Bank. Ia menduga bahwa rute ke West Bank semacam upaya cover both sides. Organisator perjalanan ingin menunjukkan bahwa West Bank juga menarik, terlepas dari segala permasalahannya.

Di West Bank, Naraya bahkan bertemu dengan Mustafa Barghouti, politisi sekaligus dokter yang menjabat kepala palang merah Palestina di West Bank saat itu. Mustafa juga pernah menjabat sebagai Menteri Informasi di pemerintahan Palestina Bersatu pada 2007, dan anggota Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sejak 2006.

“Saya ngobrol lama dengan Mustafa. Kemudian diajak ke lahan pertanian anggur untuk industri wine. Enak sekali, makanannya kelas dunia,” sambung Naraya.

Tidak ada rute kunjungan ke Gaza dalam agenda perjalanan Naraya bersama rombongan. Naraya sudah mahfum , rute ke Gaza semacam perjalanan terlarang bagi siapa saja yang diundang ke Israel untuk menjalani propaganda-trip.

Meski demikian, Naraya dan rombongannya diajak oleh pemandu perjalanan untuk mengunjungi perbatasan Gaza-Israel di Sderot. Kota yang jadi target serangan Hamas, dan membentuk dalih Israel menyerang Gaza hingga saat ini.

“Jadi kita ditunjukkan superioritas border control lah selama di Sderot. ‘Bahwa ini tuh tempat yang sebelahan dengan Gaza, tapi aman’. Dan kita ditunjukkan sebuah kantor polisi yang ada bekas tembakan roket-roket, yang katanya itu dikirim oleh Hamas ke Gaza.”

Terlepas dari detail perjalanan Naraya selama di Israel pada 2017 silam, di tahun 2023 kemarin Naraya juga diundang pada sebuah pertemuan dengan Sagi Karni, Duta Besar (Dubes) Israel yang berada di Singapura periode 2019 hingga 2023.

Menurut Naraya, Sagi sering melakukan perjalanan bisnis ke Jakarta. Selama 1 bulan, bisa sampai 2-3 kali perjalanan bisnis. Sosok inilah yang sering menawarkan perjalanan ke Israel bagi jurnalis-jurnalis yang berada di Indonesia.

“Undangannya bukan buat saya saja. Karena ketika saya diajak ketemu, ada teman pemimpin redaksi (Pemred) lain yang diajak. Dan dia juga diminta [Sagi] untuk mengirim editor atau reporter [ke Israel],” kata Naraya.

Naraya sendiri memilih menerima tawaran perjalanan ke tempat-tempat seperti Israel, karena punya nilai jurnalisme yang tinggi.

Pertemuan Naraya dengan Sagi di Singapura, saat itu banyak membahas bisnis pertanian atau industri agrikultur.

“Jadi karena mereka sangat superior, sangat unggul teknologi pertaniannya, terutama teknologi irigasi. Itu yang beberapa kali disebut sedang berusaha dipasarkan di Indonesia,” imbuh Naraya.

Sagi tidak terlalu banyak membahas industri senjata Israel. Menurut Naraya, industri senjata Israel semacam common knowledge.

“Bahwa mereka [pemerintah Israel] melakukan perdagangan senjata itu dan punya klien di Indonesia.”

Isu perdagangan senjata, menurut Naraya, memang isu sensitif. Maka dari itu, ketika bertemu dengannya, Dubes Israel di Singapura lebih menekankan kemutakhiran industri agrikultur Israel.

Sagi juga menyebut, bahwa Indonesia dan Malaysia punya “nilai jual” yang tinggi namun cukup sulit ditembus Israel.

“Indonesia dan Malaysia itu the biggest price di Asia. Jadi tujuan akhirnya memang Indonesia dan Malaysia bisa membuka hubungan diplomatik dengan Israel,” jelas Naraya.

Di momen terakhir Naraya bertemu dengan Dubes Israel di Singapura, Sagi optimis, hubungan diplomatik antara Israel-Indonesia akan terwujud dalam beberapa tahun ke depan, sekitar lima atau enam tahun saja.

Menurut Naraya, apa yang dilakukan oleh agen-agen propaganda Israel, sebenarnya semacam menyebar ideologi, agar dunia menerima Israel, termasuk membuka hubungan diplomatik.

“Groundwork-nya sudah dibuat dari 2010. Dengan mereka mengundang kita, memfasilitasi propaganda-trip, jelas untuk mempersiapkan infrastruktur dan kelompok penekan. Supaya ketika momen itu datang, masyarakatnya sudah kuat dan lebih reseptif,” tutup Naraya.

Aplikasi Propaganda Israel:
Act.IL dan HasbaraApp
Arno (bukan nama sebenarnya), merupakan seorang asal Indonesia yang pernah menempuh pendidikan magister di sebuah universitas teknologi di Israel. Ia mengaku pernah mengikuti agenda pelatihan Hasbara.

Dalam pengakuannya kepada Deduktif.id pada 13 Maret 2024, Arno pernah mengikuti pelatihan hackathon yang diikuti oleh mahasiswa dan data scientist dari beberapa universitas lain di Israel. Hackathon itu berlangsung selama satu bulan penuh pada Agustus 2016.

“Nama pelatihannya iHack. Bagian dari Hasbara Hackathon. Tujuan utamanya buat nge-counter semua narasi Gerakan BDS [Boikot, Divestasi, dan Sanksi terhadap Israel],” ungkap Arno di sambungan telepon.

Menurut Arno, hackathon itu diinisiasi oleh pengembang teknologi di Israel serta bantuan lembaga think-tank bernama Reut Institute. Dari informasi yang tertera di laman resmi mereka, Reut Institute merupakan lembaga think-tank sekaligus kelompok strategis yang memasok layanannya secara pro bono, kepada para pengambil keputusan pemerintah Israel.

Selain itu, ada juga organisasi pendidikan internasional nonpartisan, yang mendukung Israel dan melawan antisemitisme, StandWithUs yang menjadi pendukung acara.

Arno masih ingat bahwa selain nama-nama inisiator itu, ada pihak penyandang dana yang perannya sangat krusial di gelaran hackathon itu. Pihak yang dimaksud Arno adalah Rafael Advanced Defense Systems Ltd.

Dikutip dari laman resmi perusahaan, Rafael Advanced Defense Systems Ltd merupakan sebuah perusahaan teknologi pertahanan Israel yang dibangun sejak 1948. Perusahaan ini didirikan sebagai Laboratorium Pertahanan Penelitian dan Pengembangan (R&D) Nasional Israel untuk pengembangan senjata dan teknologi militer di Kementerian Pertahanan Israel. Baru pada tahun 2002, perusahaan ini berubah menjadi perseroan terbatas.

Di hackathon itu, Arno dan mahasiswa lain mendiskusikan tentang produk-produk yang bakal membantu pekerjaan humas Israel ke dunia. Selain membahas produk, momen tersebut juga membuat panel diskusi untuk memerangi kampanye Gerakan BDS di dunia.

“Iya, kalau dipikir-pikir lagi, hackathon itu semacam propaganda berkedok pelatihan,” kata Arno.

Undangan pelatihan itu awalnya diterima Arno dari pihak kampus. Namun, pihak pengembang teknologi di Israel yang menjadi inisiator, juga mengirim langsung sebaran undangan ke mahasiswa-mahasiswa terpilih, termasuk Arno.

Peserta yang mengikuti hackathon itu, mendapat mentoring langsung dari pakar teknologi terkemuka di Israel, mendapat pendampingan dalam mengembangkan prototipe atau proyek masing-masing, hingga bergabung dengan komunitas data scientist.

“Kita membuat aplikasi, ngebawa proyek itu ke mentor, lalu didiskusikan. Kalau lolos agregasi, aplikasi kita dikembangkan lagi dan dipakai oleh pemerintah Israel untuk kampanye dan kebutuhan kehumasan,” urai Arno.

Pada tahun 2018, Arno menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia. Kini, Arno sudah berkeluarga dan bekerja di salah satu perusahaan teknologi yang berada di Jakarta sebagai senior software engineer.

Arno sempat frustasi sepulang dari menempuh studi di Israel. Bertahun-tahun berhadapan langsung dengan kooptasi pemerintah Israel, membuat Arno sempat depresi, bahkan kerap menyalahkan diri sendiri.

“Sikap saya sudah jelas soal [mendukung] Palestina. Tapi saya juga menggantungkan hidup dan studi dari negara yang menjajah mereka,” batin Arno ketika dihubungi kembali lewat WhatsApp, Rabu, (3/4/2024).

Selama 3 bulan awal sejak kepulangan ke Indonesia, Arno frustasi. Perasaannya campur aduk, marah, kesal, dan sesal akibat keputusannya mengikuti studi di Israel.

“Masuk akal pas ngeliat kemarin ada engineer Google Cloud yang menentang Project Nimbus. Saya pernah ada di posisi itu. Tapi saya nggak punya pilihan selain menyelesaikan studi dan pulang secepatnya ke Indonesia,” tutup Arno.

Kejadian yang dimaksud Arno adalah ketika ada seorang insinyur dari Google Cloud yang memprotes Project Nimbus dalam sebuah konferensi MindTheTech yang berlangsung di New York, Amerika Serikat, pada 4 Maret 2024.

Project Nimbus merupakan teknologi pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data yang dikembangkan Google bersama Amazon.

Dalam sebuah surat terbuka yang terbit di The Guardian pada Oktober 2021, Project Nimbus dianggap melanggar hukum karena mengawasi penduduk Palestina, dan memfasilitasi perluasan pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina. Surat terbuka itu ditulis oleh 90 pekerja Google dan 300 pekerja Amazon yang menolak Project Nimbus.

Dari penjelasan Arno tentang penggunaan teknologi untuk membantu kerja kehumasan atau diplomasi publik oleh Israel, sudah ada 2 aplikasi yang kami temukan menjadi perangkat propaganda Hasbara.

Dalam laporan investigasi The Intercept pada Juni 2017 silam, Israel disebut telah menggelontorkan jutaan dolar untuk propaganda. Termasuk propaganda lewat platform media sosial aplikasi mobile.

Dua aplikasi yang menjadi ladang propaganda Israel–juga bentuk upaya Hasbara–adalah Act.IL dan HasbaraApp.

Perkenalan aplikasi Act-IL
Sumber: Youtube
Act.IL merupakan layanan jejaring sosial berbasis komunitas, yang digunakan oleh para pendukung Israel untuk menentang “konten anti-Israel” dari gerakan BDS.

Dikutip dari laporan Jewish Currents—majalah triwulanan Yahudi progresif—Act.IL mengarahkan penggunanya ke “misi” untuk menyukai, mengomentari, dan berbagi materi pro-Israel di media sosial. Ia juga meminta pengguna untuk menandai, melaporkan, dan menanggapi kritik yang “tidak adil” terhadap Israel.

Pengguna dipandu tentang cara merespons, atau membagikan suara positif pada komentar terkait. Aplikasi ini juga menyediakan meme siap pakai yang mempromosikan perspektif Israel kepada pengguna untuk dibagikan. Dengan menyelesaikan misi, pengguna mendapatkan poin, membuka lencana, dan skor mereka ditampilkan di papan peringkat.

Masih dikutip dari keterangan aplikasi di Apple Store, Act-IL adalah proyek gabungan dari universitas swasta Israel IDC Herzliya dan Dewan Israel-Amerika yang berbasis di Amerika Serikat. Satuan Tugas Maccabee, salah satu yayasan Sheldon Adelson, adalah penyandang dana utama Act.IL.

Diketahui dari laporan Haaretz—surat kabar harian terkemuka Israel—pada Januari 2018, Shin Bet, agensi keamanan Internal Israel yang dikelola mantan perwira intelijen Israel bernama Yarden Ben Yosef, berada di balik pendanaan Act.IL.

Dalam laporan Haaretz itu, Yarden Ben Yosef diketahui memiliki hubungan dekat dengan Kementerian Urusan Strategis Israel yang memerangi gerakan BDS.

Kehadiran Act.IL sempat membuat masalah bagi penggunanya. Dikutip kembali dari laporan investigasi The Intercept, Act.IL gagal menyertakan perlindungan privasi dan keamanan dasar, sehingga membahayakan alamat email bagi setidaknya 1.900 pendukung paling setia pemerintah Israel.

Kerentanan dalam aplikasi Act.il, ditemukan oleh seorang peneliti keamanan independen, yang mengungkapkan kelemahan tersebut pada Intercept.

Selain Act.IL, satu lagi aplikasi yang dikelola sebagai moda propaganda pemerintah Israel adalah HasbaraApp.

Perkenalan aplikasi HasbaraApp
Sumber: Youtube
Dikuti dari laman resmi HasbaraApp, aplikasi ini merupakan inisiatif dari Hatzad Hasheni, sebuah kelompok pendidikan yang didirikan pada tahun 2010 pada masa Kepresidenan CLAM (Maccabi world Union representative in Latin America).

Hatzad Hasheni, dipegang oleh Robert Croitorescu, salah satu pendiri HasbaraApp. Kelompok ini juga bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkemuka di dunia Hispanik.

Maccabi World Union adalah organisasi olahraga internasional Yahudi. CLAM merupakan salah satu dari 6 konfederasi yang tergabung di dalamnya.

HasbaraApp beroperasi untuk memposisikan Israel sebagai negara yang cinta damai, negara yang mendorong kemajuan manusia dan difitnah secara tidak adil karena misinformasi yang dipupuk oleh individu-individu antisemit dari berbagai negara.

Lewat keterangan di aplikasinya, HasbaraApp diklaim telah aktif di 18 negara dan 26 komunitas.

Dalam aplikasi itu, ada 2 opsi untuk menelusuri informasi yang disediakan. Yang pertama, “History of Israel/Palestine”. Dan kedua adalah babakan “Imperialism and material resources”.

Dari 2 opsi itu, kita diantarkan pada babakan-babakan pembahasan lain semisal Operation Guardian of the Walls, hingga babakan spesifik soal sumber daya air, Israel menempatkan posisinya sebagai pihak yang selalu dituduh sebagai pencuri air dari warga Palestina.

Selain poin-poin propaganda yang tertuang ke beberapa babakan itu, di aplikasi HasbaraApp juga menyediakan tautan ke buku berjudul 300 Questions 300 Words: Myths and Realities about the Israeli-Palestinian Conflict yang ditulis oleh Gabriel Ben-Tasgal.

Gabriel Ben-Tasgal sendiri merupakan jurnalis Israel-Argentina yang mendirikan program diplomasi publik HaTzad HaSheni, yang khusus mempromosikan propaganda Zionis lewat HasbaraApp.

Dalam buku itu, Gabriel Ben-Tasgal mengklaim bahwa konflik Israel-Palestina bagi warga Israel adalah sebuah konsep “teritorial” sekaligus menjadi salah satu “dogma agama” bagi warga Palestina. Sekitar 300 pertanyaan terkait Israel-Palestina, dijawab dengan 300 kata.

Hasbara Fellowships, Membidik Partisan Muda lewat Pendidikan
Selain undangan untuk mengikuti pelatihan seperti yang pernah Arno ikuti, pemerintah Israel juga membuka residensi sekaligus fellowships bagi mahasiswa di seluruh dunia, untuk mengikuti program bernama Hasbara Fellowships.

Dengan motto “empowering advocates for Israel”, Hasbara Fellowships menjadi salah satu jangkar kooptasi di segmen akademik dari pemerintah Israel.

Testimoni penerima Hasbara Fellowships
Sumber: Youtube
Dikutip langsung dari laman resmi Hasbara Fellowships, mereka memiliki visi untuk melakukan pelatihan langsung yang lebih kuat untuk mengadvokasi Israel. Hasbara Fellowships berharap bisa menginspirasi, memberdayakan, dan menghubungkan komunitas atau aktivis mahasiswa Yahudi dan Pro-Israel.

Masih dari keterangan yang tertera di situs resmi mereka, Hasbara Fellowships menawarkan pelatihan eksklusif, mudah diakses, dan interaktif untuk memberdayakan siswa untuk menjadi pemimpin di kampus.

Aktif di lebih dari 95 kampus universitas di Amerika Utara, Hasbara Fellowships membawa ratusan mahasiswa ke Israel setiap musim panas dan musim dingin, memberi mereka informasi dan alat untuk kembali ke kampus mereka sebagai aktivis dan pemimpin pro-Israel.

Sekembalinya dari program ini, Hasbara Fellows menerima dukungan dari staf Hasbara Fellowships, serta akses ke sumber daya Hasbara.

Per 31 Maret 2024, sudah ada 200 fellow aktif tahunan dari 3.000 partisipan perjalanan ke Israel, hasil dari program Hasbara Fellowships. Semua partisipan itu berasal dari 95 kampus atau universitas yang tersebar di seluruh dunia.

Program Hasbara Fellowships mencakup pelatihan advokasi Israel eksklusif selama 16 hari, yang berfokus pada menawarkan kesempatan kepada para pemimpin mahasiswa pro-Israel, untuk memperoleh keterampilan kepemimpinan, berjejaring dengan rekan-rekan mereka, bertemu dengan orang-orang Israel dan Palestina dari semua sisi spektrum politik, dan melakukan perjalanan ke negara-negara strategis.

Jaringan Hasbara di Indonesia
Lewat upaya scraping yang kami lakukan dari beberapa sumber unggahan di media sosial (X, Instagram, Facebook, dan TikTok), kami menemukan sejumlah aktor asal Indonesia yang selama ini menyebar disinformasi dan narasi yang mendemonisasi Hamas maupun Palestina. Kuat dugaan mereka termasuk dalam operasi Hasbara di Indonesia.

Foto : Tangkapan Layar

Monique Rijkers-Pendiri Fakta Israel
Pendiri Fakta Israel

Monique Rijkers-Pendiri Hadassah of Indonesia
Pendiri Hadassah of Indonesia

Monique Rijkers-Inisiator Tolerance Film Festival
Inisiator Tolerance Film Festival

Unggahan Media Sosial Monique Rijkers
unggahan media sosial Monique Rijkers
Sumber: Facebook

unggahan media sosial Monique Rijkers
Sumber: Facebook

unggahan media sosial Monique Rijkers
Sumber: Facebook

Dalam penelusuran kami, sosok Monique Rijkers punya peran yang signifikan dalam memproduksi narasi yang mendemonisasi Hamas. Narasi bahwa ‘Israel bukan penjajah dan tengah melawan radikalisme serta terorisme’ nyaris melekat dengan Monique dan semua kendaraan propagandanya.

Perempuan berdarah Indonesia-Yahudi kelahiran Makassar ini, merupakan pendiri dari Hadassah of Indonesia, Fakta Israel, serta inisiator Tolerance Film Festival. Ketiga entitas itu menjadi kendaraan propaganda Monique dalam menyebarkan narasi yang mendemonisasi Hamas.

Hadassah of Indonesia merupakan yayasan yang dirikan Monique sebagai medium edukasi terkait Israel, sejarah Holocaust, dan Yahudi. Dalam klaimnya di halaman resmi Facebook Hadassah of Indonesia yang per 31 Maret 2024 pengikutnya sudah mencapai 61 ribu, yayasan ini dibentuk supaya tidak ada lagi kebencian terhadap Israel.

Fakta Israel tak jauh berbeda dengan Hadassah of Indonesia. Dengan memfokuskan pada produksi konten yang seolah ‘cek fakta/periksa fakta’, Monique mengoperasikan sendiri Fakta Israel di kanal media sosial seperti TikTok dan kanal YouTube. Fakta Israel sendiri mulai beroperasi sejak tahun 2016.

Mayoritas konten yang diproduksi Monique untuk Fakta Israel berbentuk video esai berdurasi antara 2-4 menit. Formulanya seperti kebanyakan konten cek fakta: Monique mencari berbagai headline berita atau pendapat seorang pakar di sebuah berita, lalu ia melakukan debunking atas temuan itu dengan tetap dalam bingkai pro-Israel.

Monique tidak hanya konsisten memproduksi narasi yang mendemonisasi Hamas atau Palestina. Lewat penelusuran arsip foto di halaman Facebook Hadassah of Indonesia, Monique sering bepergian rutin ke Israel, menghadiri acara penting di sana, dan bertemu dengan beberapa pejabat publik Israel.

Beberapa pejabat publik yang pernah Monique temui selama di Israel antara lain Maher Canawati (Walikota Betlehem), Richard Hecht (juru bicara IDF), hingga Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu yang Monique temui dalam acara Christian Media Summit pada Oktober 2017 silam.

Selain itu, dalam arsip foto perjalanan di halaman Hadassah of Indonesia, Monique juga pernah bertemu dan berfoto bersama dengan Joel C. Rosenberg, penulis politik Timur Tengah berdarah Amerika-Israel. Dalam temuan kami, Monique juga bertemu dengan Hananya Naftali, top influencer Yahudi Israel yang memerangi narasi gerakan BDS.

Monique bahkan sempat bertemu dan berfoto dengan Bassem Eid. Bassem merupakan salah satu mentor di program Hasbara Fellowships dan tokoh yang juga memerangi gerakan BDS.


Foto : Tangkapan Layar

Elisheva Dina Stross

Elisheva Dina Stross-Direktur Rahim.or.id
Direktur Rahim.or.id

Elisheva Dina Stross-Pendiri Yayasan Eits Chaim Indonesia
Pendiri Yayasan Eits Chaim Indonesia

Unggahan Media Sosial Elisheva Dina Stross
Pesan Mosab Hasan Yousef, anak dari salah satu pendiri Hamas teroris kepada orang-orang yang turun ke jalan di Manhattan, New York.

Jangan larut dalam delusi, pulang cari kehidupan sesungguhnya, cari pekerjaan.
https://youtube.com/shorts/c2HMoUdSaik?si=f5BnSdz3MhtSovwR

faktaisrael

Sumber: Facebook

Keluarga para korban penculikan hamas teroris, mereka masih menanti kepulangan orang-orang tercinta dalam keadaan hidup.

kembalikantawanan #bringthemhome

Sumber: Facebook

Wawancara:

–“Hamas,” lanjut Elisheva, “telah menunjukkan wajahnya yang sebenarnya kepada dunia. Kebrutalan mereka yang haus darah itu, akhirnya lebih mirip ISIS daripada patriotisme seperti yang mereka klaim,” merujuk pada penembakan mereka terhadap para mahasiswa di festival musik, pembunuhan dan penculikan serta pembantaian para penduduk lanjut usia dan anak-anak, serta pemenggalan kepala sejumlah 40 bayi di Kibbutz Kfar Aza.

–https://www.senayanpost.com/…/rahim-terus-serukan…
Sumber: Facebook

Sosok selanjutnya yang kami duga punya peran krusial dalam operasi Hasbara di Indonesia adalah Elisheva Dina Stross. Elisheva merupakan direktur urusan luar negeri Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian (RAHIM) dan pendiri Yayasan Eits Chaim Indonesia.

Sejak awal berdiri pada April 2022 silam, RAHIM secara konsisten merilis publikasi dan serial diskusi yang mendemonisasi Hamas. Bahkan dalam salah satu serial diskusi RAHIM bertajuk “Menimbang Abraham Accords”, mereka mendiskusikan hoaks atau kebohongan yang datang dari Palestina. Pemateri di diskusi itu adalah seorang dosen sekaligus mantan intelijen militer IDF bernama Dr. Mordechai Kedar.

Yayasan Eits Chaim Indonesia yang didirikan Elisheva, merupakan salah satu organisasi yang tergabung di koalisi RAHIM dengan nama Koalisi Antar Umat Beragama. Dikutip dari halaman resmi Facebook mereka, Yayasan Eits Chaim Indonesia dikelola oleh kelompok Yahudi Orthodox Indonesia dan pengikut Taurat Yahudi di Indonesia, untuk mempromosikan pemahaman tentang iman Yudaisme, umat Yahudi, dan tanah Israel.

Ketika menelusuri halaman Facebook Yayasan Eits Chaim Indonesia, kami menemukan sebuah unggahan video yang isinya semacam manifesto dari RAHIM serta koalisinya.

Di video yang tayang pada 23 Juni 2023 itu, Elisheva menjelaskan tentang segala hal yang tengah dilakukan oleh RAHIM maupun Yayasan Eits Chaim Indonesia. Pada 1 menit pertama video, muncul pernyataan Elisheva yang kami duga merupakan muara semua operasi Hasbara di Indonesia.

“Tujuan dari organisasi ini [RAHIM] adalah untuk menghasilkan makalah, buku-buku, artikel, risalah, serta hasil penelitian tim, untuk diajukan sebagai bahan rekomendasi kepada pemerintah Indonesia, untuk membuka hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel,” kata Elisheva di video yang berdurasi 5 menit itu.

Selain temuan-temuan itu, kami juga menemukan 2 pejabat publik yang memberikan ucapan selamat kepada RAHIM ketika resmi berdiri. Mereka berdua adalah mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta (2020-2022) Ahmad Riza Patria dan Duta Besar Israel untuk Singapura (2019-2023), yakni Sagi Karni.

Video Ahmad Riza Patria mengucapkan selamat untuk pendirian RAHIM
Sumber: Youtube
Deduktif berupaya menghubungi Monique dan Elisheva untuk melakukan konfirmasi terkait temuan kami soal mereka bertiga.

Pada 6 November 2023, kami menghubungi Monique lewat kontak telepon dan WhatsApp. Karena tak kunjung ada balasan, pada 7 Maret 2024, kami menghubungi kembali Monique. Namun di kali kedua kami menghubungi itu, Monique justru memblokir kontak jurnalis kami.

Deduktif juga berupaya menghubungi Elisheva lewat akun Instagramnya @elishevastross pada 4 Maret 2024. Hingga laporan ini tayang, tidak ada balasan dari yang bersangkutan.

Selain kedua nama di atas, kami juga menemukan aktor lain yang kami duga turut menyebarkan demonisasi terhadap Hamas. Kami menemukan 2 sosok yang bekerja untuk Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)—lembaga riset dan survei politik Indonesia—turut menyebar narasi yang menganggap Hamas adalah kelompok teroris.

Foto: tangkapan layar


Muchlis A. Rofik

Muchlis A. Rofik-Political Strategist di Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)
Political Strategist di Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)

Unggahan Media Sosial Muchlis A. Rofik
Fatah, liga arab, OKI, dan PBB sudah bergerak ke solusi damai dua negara.

Karena itu ada Palestina dg Prediden dan ibukota di Ramallah.

Israel dah mundur dari Gaza. Sejak 2005.

Hamas menghapus semua proses itu. Dan mau mengusir Israel.

Hamas melawan Fatah dan dunia.

Kita lihat dunia atau Hamas yang akan hancur.
Sumber: Twitter

Mas, Israel dah mundur dari Gaza sejak 2005.

Hamas bisa pakek narasi apapun untuk memanfaafkan warga buat tameng.

Tanpa warga sipil yg jadi korban, gak ada perhatian dunia. Gak ada demo berjuta-juta.

Saya paham lah modus begituan.
Sumber: Twitter

Maksud sampean saya hanya boleh ngutip tvone aja gitu?

Tujuan saya menshare bahan2 itu sebagai alternatif pemberitaan kita yang cenderung seragam. Publik kita, termasuk tokoh2 kek sampean, cenderung nganggep semua yg dari Israel dicap propaganda.

Yg dari Hamas, ditelen semua.
Sumber: Twitter

Foto : Tangkapan Layar


Saidiman Ahmad

Saidiman Ahmad-Manajer Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)
Manajer Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)

Unggahan Media Sosial Saidiman Ahmad
Ketika Hamas menyarang warga sipil Israel, mereka mengecam Hamas. Namun ketika serangan balasan Israel menelan korban sipil Gaza semakin banyak, mereka mengecam Israel dan menyerukan penghentian serangan. Mungkin sikap proporsinal begini yang dibutuhkan. Saya tidak tahu pasti.
Sumber: Twitter

HAMAS

Ancaman untuk rakyat Palestina bukan hanya Israel, tapi ancaman paling besar justru datang dari Hamas. Ancaman Hamas ada dua. Pertama ancaman langsung. Hamas bisa melakukan persekusi langsung pada siapa saja yang dianggap bersekutu dengan Israel. Saya ingat seorang kawan dari Palestina yang mewanti-wanti agar dirinya tak difoto ketika berdialog dengan komunitas Yahudi di Jerman. Bisa hilang mendadak kalau ketahuan.

Ancaman kedua secara tidak langsung, misalnya Hamas meluncurkan roket dari daerah padat, sekolah, mesjid, atau rumah sakit yang segera akan dibalas oleh Israel. Akibatnya, warga sipil menjadi korban.

Ada film seri yang menarik soal ini. Judulnya Fauda. Ada di Netflix.
Sumber: Twitter

Presiden menyatakan Indonesia dukung solusi dua negara untuk Israel dan Palestina. Artinya kita mengakui eksistensi kedua negara itu. Mestinya perlakuan Indonesia pada keduanya pun sama. Jangan yang satu boleh bangun kedutaan di sini, satunya lagi sekadar main bola pun tak.
Sumber: Twitter

Kedua orang dari SMRC itu adalah Muchlis A. Rofik dan Saidiman Ahmad. Muchlis merupakan political strategist di SMRC. Sedangkan Saidiman menjabat sebagai manajer program SMRC.

Dalam temuan kami, Muchlis kerap mengunggah cuitan dengan memposisikan Israel setara dengan Palestina: sebagai korban peperangan. Salah satunya adalah thread ini dari akun X milik Muchlas, @muchlis_ar, yang ia unggah pada 5 November 2023.

Sebagai kolega, Saidiman juga melakukan hal serupa di X. Beberapa unggahannya secara eksplisit menarasikan bahwa Indonesia mesti memperlakukan Israel dan Palestina secara setara. Jika Palestina boleh membuka kedutaan besar di Indonesia, Israel pun harusnya diizinkan.

Deduktif berupaya menghubungi Muchlis lewat akun X miliknya, @muchlis_ar, pada 4 April 2024. Namun hingga laporan ini tayang, belum ada jawaban darinya. Sementara Saidiman mengonfirmasi dirinya belum pernah ke Israel dan tidak tahu-menahu mengenai diplomasi Israel di Indonesia.

Hanya saja Saidiman optimis, hubungan diplomasi Indonesia-Israel akan terwujud di masa depan.

“Potensi pendirian kedutaan Isreal di Indonesia sekarang mungkin masih kecil. Tapi ke depan, saya kira opsi ini akan semakin terbuka. Indonesia butuh membangun hubungan dengan negara-negara penting di dunia,” katanya dalam konfirmasi kepada Deduktif, melalui akun Instagramnya @saidiman_ahmad, Jumat, (5/4/2024).

Foto : Tangkapan Layar


Luthfi Assyaukanie

Luthfi Assyaukanie-Pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL)
Pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL)

Unggahan Media Sosial Luthfi Assyaukanie
Benar. Sebaiknya konflik Israel-Palestina dilihat sebagai sengketa tanah ketimbang penjajahan. Sejak awal, masalahnya soal penguasaan tanah. Israel ikhlas dengan bagiannya, sementara Arab tak mau terima. The rest is history.
Sumber: Twitter

Yg lebih ironis lagi: belain Palestina yg jauh tapi cuekin saudara sendiri yg dekat.
Sumber: Twitter

  1. Itulah kenapa saya tidak terlalu respek kepada orang2 Islam yang mengecam Israel. Apalagi mereka yang sering mengutip Chomsky, seolah2 mereka mendapat pembenaran “tuh lihat, orang Yahudi saja mengecam Israel.” #chomsky #IsraelUnderFire
    Sumber: Twitter

Kami juga menemukan nama besar Luthfi Assyaukanie saat melakukan scraping unggahan dengan persepsi buruk pada Hamas di X dan Facebook. Pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) sekaligus deputi direktur Freedom Institute ini—pusat studi demokrasi, nasionalisme, dan ekonomi pasar—bahkan pernah membuat video kontroversial.

Dalam sebuah video yang tayang pada 5 Oktober 2022, Luthfi menyampaikan narasi pembuka berbunyi seperti ini:

“Ada yang mengejutkan dari Sidang Umum PBB Di New York. Perdana Menteri Israel,Yair Lapid menyampaikan dukungan atas solusi ‘dua negara’ atas konflik Israel-Palestina.”

Luthfi juga menyebar narasi bahwa pemisahan Israel-Palestina sebagai dua negara adalah solusi paling utama dan logis. Ia menyebut solusi ini pernah ditawarkan kepada bangsa Yahudi dan bangsa Arab ketika Inggris menyerahkan tanah jajahannya pada tahun 1930-an.

“Sebelum Inggris datang, Palestina adalah tanah jajahan bangsa Turki. Dalam sejarah, Palestina memang bukan negara, tapi nama wilayah.”

Narasi itu secara implisit telah mengingkari apa yang sebenarnya dialami oleh penduduk Palestina hingga saat ini. Dengan pernyataan itu, Luthfi seolah abai pada genosida Israel terhadap Palestina, atau hak hidup penduduk Palestina yang diamputasi oleh pemerintahan Israel.

Pada 5 April 2024, Deduktif menghubungi Luthfi via panggilan WhatsApp untuk melakukan konfirmasi. Menurut Luthfi, ia pernah berangkat ke Israel di rentang tahun 2008-2009 atas undangan pihak pemandu tur dan penyelenggara seminar akademik.

“Ada beberapa orang [yang diundang]. Saya waktu itu aktif di JIL dan Freedom Institue. Yang diundang bareng saya dari Indonesia itu ada Umar Juoro [Direktur utama Center of Information and Develompment Studies], kemudian ada beberapa sarjana dari Singapura yang terafiliasi di NUS [National University of Singapore] dan dari NTU [Nanyang Technological University],” kata Luthfi kepada Deduktif.

Seperti halnya narasumber kami, Naraya, Lutfi juga terbang ke Israel menggunakan penerbangan transit atau connecting flight. Bedanya, jika Naraya terbang dari Bangkok, Luthfi terbang ke Israel setelah transit di Singapura.

Luthfi menjelaskan bahwa kunjungan rombongannya ke Israel saat itu untuk menghadiri rangkaian seminar. Isu yang menjadi topik seminar masih berkaitan dengan terorisme, maupun hubungan Islam dengan Barat.

Selama 7 hari, Luthfi dan rombongan berada di Israel. Ia juga diajak berkeliling ke beberapa destinasi di Israel mulai dari Kota Tua Yerusalem hingga Tel Aviv.

Ketika Deduktif menanyakan tentang sikap Luthfi terkait video yang ia unggah, Luthfi menjawab bahwa pemerintah Indonesia hari ini tidak mempunyai sikap tegas pada Israel-Palestina.

“Tidak perlu bicara jauh-jauh soal pendirian Dubes Israel di Indonesia. Pemerintah kita selalu mengikuti euforia dalam negeri. Selalu mengikuti emosi massa dalam memutuskan kebijakan terkait Israel-Palestina. Saya tidak menyalahkan itu,” imbuh Luthfi di sambungan panggilan WhatsApp.

Lutfhi menyayangkan bahwa tidak ada jangkar nilai yang diusung pemerintah Indonesia dalam memutuskan kebijakan terkait Israel-Palestina. Menurut Luthfi, pemerintah Indonesia harusnya punya cara pandang jauh ke depan, ketimbang menjadi pemerintah netral dan antagonistik yang kebijakannya berbasis emosi massa.

“Kalau memang tidak bisa menghindari hubungan kerja sama dengan Israel, harusnya arah atau orientasi hubungan Indonesia ke depan, paling tidak, mampu memberi ruang untuk membuka hubungan itu,” tutup Luthfi.

Foto : Tangkapan Layar


Sumanto Al Qurtuby

Sumanto Al Qurtuby-Anggota Dewan Pendiri Nusantara Kita Foundation
Anggota Dewan Pendiri Nusantara Kita Foundation

Sumanto Al Qurtuby-Presiden Nusantara Institute
Presiden Nusantara Institute

Unggahan Media Sosial Sumanto Al Qurtuby
Kalau Hamas yang nyerang, mereka teriak “Allahu Akbar”. Kalau Israel yang nyerang, mereka teriak “Setan Akbar”😁
Sumber: Facebook

Nama Sumanto Al Qurtuby kami temukan juga ketika menelusuri unggahan-unggahan yang menarasikan persepsi buruk terhadap Hamas. Sumanto merupakan anggota dewan pendiri Nusantara Kita Foundation dan Presiden Nusantara Institute.

Lewat informasi di halaman resmi Facebook Nusantara Kita Foundation, yayasan ini berfokus memerangi politik identitas dan radikalisme. Sedangkan Nusantara Institute, merupakan bagian dari Nusantara Kita Foundation “yang fokus di bidang studi, kajian, publikasi, scholarship, riset ilmiah, dan pengembangan akademik tentang ke-Nusantara-an.”

tangkapan layar unggahan sumanto al qurtuby di facebook


Tangkapan layar unggahan facebook sumanto al qurtuby yang sudah dihapus.
Kami menemukan unggahan Sumanto di akun Facebook miliknya yang menunjukkan demonisasi terhadap Hamas. Kami juga menemukan unggahan lain di akunnya yang menyebut bahwa Indonesia lebih baik membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Meski Sumanto telah menghapus postingan itu, kami telah mengarsipkannya lewat tangkapan layar.

Pada 4 April 2024, Deduktif berupaya menghubungi Sumanto melalui emailnya untuk konfirmasi terkait unggahannya. Hingga laporan ini tayang, Sumanto belum membalas permintaan wawancara kami.

Foto : Tangkapan Layar

Alto Luger-Pengamat konflik dan terorisme
Alto Luger

Pengamat konflik dan terorisme

Unggahan Media Sosial Alto Luger
“Palestina dan 1 millyar dollar alasan untuk tidak perlu berdamai dengan Israel”

Majalah Forbes di tahun 2014 mengestimasikan bahwa Hamas adalah organisasi teroris dengan kekayaan sekitar 1 milyar dollar atau sekitar 13 trilyun rupiah per tahun.
Sumber: Twitter

Kemudian, kami juga menemukan sosok bernama Alto Luger yang mendaku sebagai pengamat konflik dan terorisme di Timur Tengah, turut menyebar narasi Hamas sebagai kelompok teroris.

Melalui unggahan di akun X miliknya, @AltoLuger, Alto menayangkan thread yang menarasikan bahwa Hamas adalah organisasi teroris dengan pendanaan melimpah.

Bahkan di thread itu, Alto menyebar narasi soal petinggi-petinggi Hamas yang menikmati kehidupan glamor dan mempertahankan status quo lewat pendanaan yang masuk ke mereka.

Deduktif berupaya menghubungi Alto Luger lewat akun X miliknya @AltoLuger pada 5 April 2024. Hingga laporan ini tayang, Alto belum memberi jawaban.

Foto: Tangkapan Layar

Lisa Ekklesia-Private Tour Leader
Lisa Ekklesia

Private Tour Leader

Unggahan Media Sosial Lisa Ekklesia
22 March 2024 Mission Trip Solidarity Israel hari ini bertemu dengan Teraphyst juga perwakilan dari Rehabilitasi keluarga korban tragedy terorist perang hamas yg menyerang bangsa Israel 7 Oct 2023, tidak bisa dibayangkan trauma yg terjadi pada banyak penduduk sipil dan anak2 yg mengalami penculikan dan penyekapan warga Israel di Gaza, perang seharusnya tentara menghadapi tentara, bukan terorist yg menghabisi warga sipil biasa.

Indonesia terus berdoa pemulihan akan terjadi untuk seluruh daerah Israel & banyak tawanan warga Israel yg kini masih disandera di Gaza diantaranya anak2 bisa segera di bebaskan 🇮🇩❤️🇮🇱🙏
Sumber: Facebook

Thank you & appreciate Indonesia🇮🇩❤️🔥
yang sudah menabur, berdoa & memberi kekuatan untuk penduduk korban perang teroris tragedy berdarah Israel 7 October 2023 🙏🇮🇱
Mission Trip Israel 2024 GBI Tabgha Rayon X Batam, Ps Hanny Andries ❤️🙏

Kejadian 27: 29) Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.”
Sumber: Facebook

Israel 8 Maret 2024, Kami Ada bersama Team IDF divisi yg tugas utamanya menolong korban sipil & army di seluruh wilayah Israel yg terkena dampak perang akibat ribuan serangan roket yg diluncurkan oleh teroris hamas digaza dan hizbullah di libanon,
Mengajak bersama Indonesia berdoa dan Memberkati Israel lewat pelayanan kami Indonesia 🇮🇩 Pray for Israel 🇮🇱
Kami mengajak anda bersama ada di Tanah Perjanjian berziarah dan fellowship bersama Divisi IDF Terimakasih untuk semua support dan benih kasih Indonesia 🇮🇩
Bisa DM untuk informasi Keberangkatan Israel bersama Team kami 🙏🇮🇩❤️🇮🇱
Sumber: Facebook

Selain itu, kami menemukan juga sosok Lisa Ekklesia yang secara konsisten menyebar narasi Hamas sebagai kelompok teroris. Dalam penelusuran kami, Lisa merupakan seorang pemandu kunjungan personal atau pemerintahan, dengan destinasi yang merentang dari Eropa hingga Timur Tengah.

Salah satu unggahan Lisa di akun Facebook miliknya, ia melakukan kunjungan dari sebuah program fellowships, untuk menemui tentara IDF. Dalam unggahan itu, Lisa menyebut bahwa IDF telah membantu korban sipil akibat serangan roket-roket Hamas.

Pada unggahan lain Lisa, ia juga bertemu dengan salah seorang konselor yang bekerja di pusat rehabilitasi korban perang. Lisa lagi-lagi mendemonisasi Hamas karena telah menyebabkan ribuan penduduk sipil di Gaza meregang nyawa.

Dari arsip foto-foto Lisa di akun Facebook miliknya, kami mengetahui bahwa ia cukup intens melakukan perjalanan ke Israel. Temuan kami selanjutnya terkait Lisa, datang dari sebuah unggahan video di akun Instagram @osha.oriva.

Di video itu, Lisa terlihat bersama sejumlah rombongan kunjungan tengah berada di kompleks Haram Al Sharif atau Temple Mount. Lokasi ini merupakan situs suci di Kota Tua Yerusalem. Di lokasi ini pula masjid Al-Aqsa berdiri.

Lisa memimpin pernyataan di video itu. Ia menyebut bahwa mereka yang berada di video itu, mempunyai harapan besar bahwa sosok Prabowo bisa membawa Indonesia menjadi negara yang lebih moderat dan tidak menjadi negara yang ultra kanan, serta antisemit terhadap bangsa Yahudi.

“Ke depannya, [Indonesia] bisa mempunyai kerja sama dengan Israel,” tutup Lisa dalam pernyataan di video.

Deduktif berupaya menghubungi Lisa melalui akun Instagram miliknya @lisaekklesiajourney pada 4 April 2024 pada pukul 16.36 WIB. Namun pada pukul 21.30 WIB, akunnya sudah tidak bisa diakses oleh akun Deduktif dan akun pribadi jurnalis kami. Lisa memblok akun Deduktif dan jurnalis kami yang berupaya melakukan konfirmasi kepadanya.

Foto : Tangkapan Layar


Donny Adi Wiguna

Donny Adi Wiguna-Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI)

Unggahan Media Sosial Donny Adi Wiguna
WE DO CARE! ABSOLUTELY TERRIFIED with all of those CHILDREN death

100% blame Hamas that put them under harm’s way. They who taught Children to be militants, they are to blame

They who broke the ceasefire, are to blame

Hamas!
Sumber: Twitter

Ooooo…. Jadi kumpul sumbangan buat Palestina tuh dipake buat bangun terowongan toh…

Sedangkan kemanusiaan adalah urusannya Israel dan PBB….
Sumber: Twitter

Sekali lagi, Israel bukan berperang melawan Palestina. yg diperangi adalah Hamas TERORIS.

Nggak usah tanya apakah Pak @ganjarpranowo masih dukung Palestina atau masih benci Israel,

nyatanya Palestina bergandengan dgn Israel, dgn negara2 Arab menolak dan mengutuk Hamas Teroris
Sumber: Twitter

Terakhir, kami juga menemukan akun X yang dimiliki oleh seorang kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bernama Donny Adi Wiguna.

Melalui salah satu sumber kami pada 6 April 2024, Deduktif menerima surat bernomor 007/B/DPP/2023 dengan kop surat Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Surat yang terbit satu tahun lalu itu, merupakan surat pemberhentian anggota PSI atas nama Donny Adi Wiguna. Donny dicabut keanggotaannya dari PSI melalui putusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI.

Surat pemberhentian Donny Adi Wiguna dari keanggotaan PSI – Partai Solidaritas Indonesia
Surat pemberhentian Donny Adi Wiguna dari keanggotaan PSI.
Lewat akun miliknya dengan username @dawiguna, Donny juga tak ketinggalan mengunggah cuitan yang mendemonisasi Hamas. Menurutnya, Hamas adalah biang dari peperangan yang terjadi antara Israel dan Palestina.

Seperti halnya sosok lain yang kami duga terhubung dengan operasi Hasbara di Indonesia, Donny juga menaruh stempel “kelompok teroris” pada Hamas.

Nama-nama di atas hanya sebagian dari hasil penelusuran Deduktif terhadap jaringan yang terkait dengan program Hasbara di Indonesia. Nama-nama selebihnya akan kami bahas dalam pembabakan terpisah berikutnya.

Deduktif berupaya menghubungi Donny melalui akun Instagramnya @donny_aw pada 4 April 2024, untuk konfirmasi temuan kami. Namun hingga laporan ini tayang, Donny belum memberi jawaban.

Melawan Gempuran Hasbara
Dina Sulaeman, seorang pakar geopolitik Timur Tengah sekaligus dosen Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, menyebut bahwa pemerintah Israel memang telah lama mengundang figur-figur penting Indonesia ke Israel, dalam diplomasi publik mereka.

“Mereka yang diundang oleh pemerintah Israel, setahu saya rutenya itu-itu saja. Mereka akan diajak ke Jerusalem Timur atau kota-kota yang sudah dikondisikan,” ungkap Dina kepada Deduktif.id pada 7 Maret 2024.

Lebih lanjut menurut Dina, kebanyakan mereka yang berangkat ke Israel, lekat dengan isu-isu toleransi dan dialog antaragama. Sehingga akhirnya punya koneksi dengan beberapa pihak dari Israel yang juga menyiarkan isu yang sama.

“Pemerintah Israel punya sumber dana melimpah untuk diplomasi publik. Karena kita tahu bahwa diplomasi publik itu mahal,” sambung Dina.

Menurut Dina, institusi akademik Israel juga sangat concern terhadap kerja-kerja propaganda. Dengan dukungan dana dari pemerintah secara langsung, institusi akademik Israel berperan penting dalam mengontrol narasi serta legitimasi pemerintah Israel sendiri.

Kerja-kerja pemeriksa fakta menjadi sangat krusial di tengah gempuran disinformasi yang menuduh Hamas sebagai biang kerok, dan disebar oleh aktor-aktor Hasbara hari ini.

“Israel itu melakukan itu [diplomasi publik] karena memandang bahwa dirinya terancam. Tapi isu sebenarnya kan pendudukan, penjajahan, dan genosida. Dan itu nggak disentuh sama sekali,” terang Dina.

Kendati demikian, Dina menyebut bahwa operasi Hasbara di Indonesia hari ini, sudah mulai masuk pada fase efek domino. Satu per satu dindingnya rubuh berkat internet, media sosial, serta peran penduduk Palestina sendiri yang menyebarkan kabar tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Dina menyebut memang akan ada banyak angle dari setiap peristiwa di titik peperangan. Namun bagi penduduk Palestina yang merekam semua itu, narasi apapun yang dibuat oleh media-media pro-Israel akan sia-sia, ketika apa yang sebenarnya terjadi telah direkam oleh penduduk Palestina.

Dina juga melihat bahwa Hasbara Tracker merupakan inisiatif baik untuk melawan hoaks atau disinformasi yang beredar tentang Palestina. Inisiatif-inisiatif semacam Hasbara Tracker, mesti terus diamplifikasi masyarakat Indonesia yang mendukung pembebasan Palestina.

Hasbara Tracker sendiri merupakan pangkalan data yang melacak dan membongkar (debunking) fabrikasi serta narasi yang dibuat oleh Israel sejak 7 Oktober 2023. Terutama narasi-narasi yang akhirnya menopengi genosida serta kejahatan perang Israel. Awal mula kemunculannya berasal dari unggahan salah satu inisiator Hasbara Tracker bernama Jennine di media sosial X.

Salah satu klaim yang dibongkar oleh Hasbara Tracker adalah klaim “riasan yang digunakan penduduk Palestina di Gaza untuk memalsukan luka”. Israel menyebarkan narasi terkait itu dengan nama Pallywood. Hasbara Tracker membongkar klaim-klaim Pallywood itu dengan bantahan dari berbagai sumber.

Selain soal Hasbara, Dina juga mengungkapkan peran Kedutaan Besar Israel di Singapura dalam arena diplomasi publik Israel.

“Kedubes Israel di Singapura itu kan wilayah kerjanya termasuk Indonesia. Istilahnya agen Israel di Asia Tenggara. Gimana caranya supaya Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Target akhirnya itu,” imbuh Dina.

Menurut Dina, sudah saatnya pemerintah Indonesia menghentikan pelatihan, residensi, atau fellowships bagi mahasiswa-mahasiswa ke Israel, terutama dalam sektor agrikultur.

“Di Indonesia, Institut Pertanian Bogor (IPB) itu udah kurang hebat apa. Yang kurang itu adalah implementasinya kan? Sudah banyak ahli-ahli IPB yang menemukan bibit unggul atau metode pertanian yang mutakhir.”

Dina menyangsikan upaya residensi atau pelatihan di sektor agrikultur itu murni sebagai pendidikan. Bisa jadi upaya itu merupakan bagian dari diplomasi publik Israel ke Indonesia.

“Nggak perlu jauh-jauh ke Israel hanya untuk belajar benih rekayasa,” tutup Dina.

Di akhir percakapan, Dina menyebut bahwa 3 pilar perjuangan gerakan BDS di seluruh dunia—boikot, divestasi, dan sanksi Israel—merupakan ikhtiar yang mesti diamplifikasi. Terutama jika muara dari semua ini adalah untuk pembebasan Palestina.

Sumber : Deduktif. ID

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *