Koordinator Hari Al Quds : Melawan Rezim Zionis tidak Cukup dengan Suara

Foto: Kementerian Wakaf dan Agama yang berbasis di Gaza melaporkan, total sudah ada 31 masjid yang hancur total imbas serangan Israel di Jalur Gaza. Laporan tersebut terhitung sejak dimulainya penyerangan pada 7 Oktober 2023.(Reuters)

Resistensi.id – KOORDINATOR Humas Aksi Hari Al-Quds Internasional se-Indonesia Dede Azwar mengecam rencana Israel melakukan serbuan ke Rafah.

Menurutnya, melawan rezim zionis harus lewat perlawanan, tak cukup hanya dengan suara.

“Rakyat Rafah, atau Gaza secara umum bukan hanya korban. Mereka adalah pahlawan karena tetap bertahan di Tanah Air mereka,” ujar Dede, Rabu (10/4).

Menurut Dede, pemberitaan media saat ini terlalu terpaku pada penderitaan warga Gaza saja. Kenyataan di lapangan, tegasnya, warga melakukan perlawanan terhadap penjajahan Israel.

“Sikap saya terhadap rencana Israel menyerbu Rafah, jelas ini harus disetop, tapi bukan dengan suara, melainkan dengan perlawanan,” tandasnya.

Ia menegaskan rezim Zionis tidak mengenal bahasa selain perang, jadi harus mendapat perlawanan. Ini yang menjadi alasannya sangat membela Palestina.

“Kenapa kami membela Palestina begitu keras karena ini soal penjajahan,” imbuh Dede.

Di sisi lain, ia juga mengkritisi jejaring aktivis World Uyghur Congress (WUC) yang justru mengecam Hamas tapi tidak pernah mengecam penjajahan dan kekerasan Israel sejak 1948 sampai sekarang.

Menurutnya, WUC merupakan kelompok yang didanai oleh National Endowment for Democracy (NED) milik Amerika Serikat.

“Mereka (WUC) sudah didaftar, disebut pemerintah Tiongkok sebagai teroris,” jelas Dede. Dengan markas di Munich, Jerman, Dede mengatakan sudah bisa dipahami bahwa WUC merupakan ‘alat’ Barat untuk mendestabilisasi Tiongkok.

“Sekarang identitas keislaman mereka pakai untuk dibenturkan dengan Hamas. Yang kita tahu, Hamas jatuh bangun membela Palestina,” tegasnya.

Era Hitler, menurut Dede, penjajahannya tidak separah yang terjadi di Gaza. Dede juga menuturkan, protes bakar diri di Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu menjadi hal yang luar biasa dalam membela Palestina.

Eropa Akui Palestina
Selain itu, Dede juga menjawab terkait keinginan Irlandia dan negara Eropa untuk mengakui Palestina sebagai negara. Menurutnya, hal tersebut sah-sah saja.

Meski demikian, dukungan tersebut harus dengan catatan, apakah murni mendukung kemerdekaan Palestina di semua wilayah termasuk Gaza atau hanya mendukung pemerintahan yang akan memimpin Palestina saja.

Menurutnya, pengakuan tersebut harus di semua wilayah Palestina, baik itu Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem.

“Dalam bahasa kami, kita tidak menempuh jalur pengkhianatan, itu bukan kita,” pungkasnya.

Sumber : MTV

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *