Gagal Tundukkan Perlawanan Houthi Yaman, AS Tawarkan Iming-iming Khusus

Foto: Cuplikan dari 19 November menunjukkan perahu kecil pejuang Houthi, Yaman sedang menggiring Kapal Galaxy Leader di Laut Merah..( Media Ansarullah melalui AFP/Getty Images)

Resistensi.id – Washington diam-diam menjajal cara baru melumpuhkan Perlawanan Houthi Yaman, yang aksinya berdampak pada kelangsungan konflik Israel-Palestina.

Pemerintah AS menawarkan sejumlah opsi dengan syarat Houthi Yaman menyudahi aksi-aksinya menyerang kapal di jalur perdagangan Selat Hormuz.

Sebaliknya, Gedung Putih menawarkan pengakuan Houthi sebagai entitas penting di Yaman, penghapusan Houthi dari daftar kelompok teroris, dan pengakhiran agresi militer koalisi Arab.

Tawaran ini secara nyata memperlihatkan kegagalan koalisi AS-Inggris mencegah Houthi Yaman menunjukkan dukungan ke Palestina, sekaligus permusuhan terhadap Israel.

Sinyal melunaknya AS sebagai bagian mengurangi tekanan terhadap Israel itu tampak dari pernyataan Utusan Khusus AS untuk Yaman, Timothy Lenderking pada 3 April 2024.

Lenderking memuji pentingnya mencari solusi diplomatik di Yaman dibandingkan solusi militer. Ini ironi bagi AS yang berbulan-bulan memilih jalan militer melawan Houthi Yaman.

Pada Desember 2023, Washington mengumumkan pembentukan koalisi multinasional melawan pasukan pimpinan Ansarallah Yaman.

Koalisi ini ingin melindungi pelayaran internasional di Laut Merah, dan secara efektif melindungi perdagangan terkait Israel dari blokade laut besar-besaran di Selat Hormuz.

Jalur ini sangat vital bagi kelangsungan hidup Israel. Namun koalisi ala AS-Inggris ini tak bersambut baik. Banyak negara sekutu AS ragu-ragu.

Jet-jet tempur AS dan Inggris bahu membahu menggempur basis Houthi Yaman, sebagai bagian upaya koalisi membendung meluasnya ofensif pasukan Ansharullah.

Lewat Oman, yang masih mempertahankan hubungan dengan Sanaa, Washington menawarkan proposal ke pemerintahan de facto Yaman di Sanaa yang didukung Houthi.

Secara sederhana, proposal AS itu bisa digambarkan dalam tawaran, “Hentikan dukungan Anda (Houthi) terhadap Gaza, dan kami akan memberikan segalanya.”

Sumber informasi di Yaman mengungkapkan kepada The Cradle AS menawarkan Sanaa, sebagai imbalan atas netralitasnya dalam perang Gaza, pengakuan atas legitimasi kelompok mereka.

Opsi ini praktis akan mereduksi Dewan Kepresidenan Yaman yang dipimpin Rashid al-Alimi yang didukung Arab Saudi.

Opsi ini juga baakal mempercepat penandatanganan peta jalan damai dengan Riyadh dan Abu Dhabi (Emirat Arab) untuk mengakhiri agresi terhadap Yaman.

Sumber tersebut lebih lanjut mengungkapkan AS berjanji segera melepaskan gaji sektor publik Yaman yang ditahan di National Saudi Bank.

Blokade ke Yaman akan sepenuhnya dicabut. Bandara Sanaa akan dibuka kembali untuk penerbangan internasional.

Pelabuhan laut Hodeidah akan terbuka, dan memfasilitasi perjanjian pertukaran tahanan yang komprehensif dengan semua pihak yang terlibat perang.

“(Washington) berjanji memperbaiki kerusakan, menyingkirkan pasukan asing dari seluruh wilayah dan pulau yang diduduki Yaman, dan menghapus Ansarallah dari ‘daftar terorisme’ Departemen Luar Negeri, segera setelah mereka menghentikan serangan mereka untuk mendukung Gaza,” sambung sumber The Cradle di Sanaa.

Meskipun ada tawaran menggiurkan, yang telah menjadi subyek negosiasi antara Sanaa dan Riyadh selama lebih dari dua tahun, Houthi Yaman agaknya tetap teguh.


Sikap Konsisten Pemimpin Houthi

Posisi konsisten pemimpin Ansarallah Abdel Malik al-Houthi, sebagaimana ditegaskan kembali dalam pidatonya, adalah terus meneruskan operasi selama agresi Israel terhadap Gaza masih berlanjut.

Sikap Abdel Malik al-Houthi ini mencerminkan kuatnya pengaruh Iran, yang bertahun-tahun menyokong perjuangan Houthi untuk tampil memimpin di Yaman.

Artinya, proposal Washington akan berhadapan dengan realitas dalamnya persekutuan Houthi dan Teheran, dan ini jalan tak mudah bagi para pendukung Israel.

Tawaran AS jelas sangat menggiurkan. Houthi akan menemukan eksistensinya, memiliki daya tawar luar biasa, dan akan menentukan masa depan Yaman.

Sejak 7 Oktober 2023, begitu kelompok Hamas menyeberangi perbatasan dan menyerbu permukiman Israel, Sanaan mengungkapkan dukungannya secara terbuka.

Mereka turut meluncurkan serangan drone jarak jauh dan rudal balistik terhadap kota pelabuhan Umm al Rashrash atau Eilat di ujung Laut Merah.

Aksi lainnya, Ansharullah menyita kapal kargo lewat serangan komando 19 November 2023 yang mengejutkan banyak pihak. Ansharullah juga mampu menyerang kapal-kapal perang AS dan Inggris.

Pasukan komando Houti Yaman menyerbu kapal kargo raksasa Galaxy Leader yang dimiliki pebisnis Yahudi Inggris. Kapal itu kini masih disita Houthi di pesisir Yaman.

Posisi Houthi Yaman terkait konflik Israel-Palestina sejauh ini masih tak tergoyahkan. Mereka menegaskan, bukan bagian dari lingkaran pihak yang mudah didikte (AS).

Agresifnya armada laut Houthi Yaman ini mencerminkan kemampuan yang bahkan selama ini tidak pernah diperlihatkan di depan militer Arab Saudi dan Emirat Arab.

Tindakan angkatan laut Yaman yang berani ini lantas mendorong AS untuk menerapkan dua strategi militer.

Pertama, mengintimidasi dan menyiapkan koalisi angkatan laut untuk mendukung Israel dan mengamankan jalur laut.

Kdua, mendorong keterlibatan diplomatik melalui mediator Arab dan internasional untuk menghentikan operasi angkatan laut Sanaa yang berdampak signifikan.

Pada akhirnya, elite Sanaa tak hanya menolak tawaran tersebut, namun memperluas blokade laut hingga mencakup kapal-kapal non-Israel.

Semua kapal yang menuju Pelabuhan Israel terancam. Operasi Houthi diperluas hingga Samudera Hindia, untuk memutus “rute panjang alternatif” pengiriman Israel.

Penolakan tegas Yaman untuk menyerah pada bujukan atau intimidasi membuat AS dan Inggris memulai operasi militer agresif terhadap negara Teluk Persia yang dilanda perang bertahun-tahun itu.

Tiga bulan lalu operasi militer dijalankan untuk menetralisir ancaman Yaman dengan kedok melindungi kebebasan navigasi maritim.

Sebagai tindakan balasan, Sanaa meningkatkan respons militernya dengan memperluas operasi yang menargetkan tidak hanya kapal-kapal AS dan Inggris tetapi juga memasukkan persenjataan canggih ke dalam gudang senjatanya.

Hal ini termasuk penenggelaman kapal kargo Inggris Rubymar, penyerangan terhadap kapal-kapal lain.

Wilayah operasi diperluas hingga ke Laut Arab dan Samudera Hindia – sebuah langkah strategis untuk meningkatkan tekanan terhadap pihak-pihak yang melakukan perang brutal di Gaza.

Mengingat situasi saat ini, di mana AS telah mengakui kesia-siaan strategi militernya dan berupaya mencari solusi diplomatik, Sanaa secara jelas menunjukkan relevansinya dengan semua perhitungan geopolitik Asia Barat.

Pencapaian menakjubkan yang dicapai Sanaa dalam enam bulan terakhir termasuk kemampuan Sanaa untuk mengganggu perekonomian Israel.

Mereka memutus atau memperluas jalur perdagangan untuk impor penting Israel. Hal ini terutama terlihat di Eilat, di mana gangguan operasional di pelabuhan paling selatan Israel telah menyebabkan pemutusan hubungan kerja secara signifikan oleh perusahaan pengelola pelabuhan dan melumpuhkan pelayaran sepenuhnya.

Ansarallah juga telah menggagalkan tindakan pembalasan yang dilakukan oleh angkatan laut paling terkenal di barat, mengejek “koalisi” mereka yang bobrok, dan menciptakan tantangan kompleks bagi ambisi hegemonik AS di Teluk Persia, baik saat ini maupun dalam jangka panjang.

Selain itu, Yaman telah menunjukkan kemampuan manuver politik dan militer yang luar biasa, menunjukkan satu negara Arab yang bersatu dapat memberikan alat negosiasi yang ampuh bagi perlawanan Palestina.

Terpenting, melalui operasi militernya di perairan di kawasan ini, Sanaa telah memperkuat posisinya dalam Poros Perlawanan, dan bertransformasi menjadi salah satu kekuatan paling efektif dalam strategi Persatuan Front Poros.

Hal ini dilakukan sambil menarik aset angkatan laut Inggris dan Amerika ke posisi yang rentan – dan tidak dapat dimenangkan – serta berhasil menghalangi hubungan pelayaran Israel dengan dunia.

Menurut penghitungan terbaru al-Houthi, berbagai operasi militer Yaman telah meluncurkan lebih dari 520 rudal dan drone untuk menargetkan aset angkatan laut dan wilayah di Israel selatan.

Sembilan puluh kapal telah menjadi sasaran hingga saat ini, dengan 34 operasi dilakukan hanya antara tanggal 4–5 Maret dengan menggunakan 125 rudal balistik dan bersayap serta drone.

Sebaliknya, AS dan Inggris telah melancarkan hampir 500 serangan sejak koalisi angkatan laut mereka memulai operasi, yang mengakibatkan hampir empat puluh warga Yaman menjadi martir.

Enam bulan setelah perang, Yaman terus menunjukkan kemampuan strategisnya di darat, di perairan regional, dan bahkan di lautan dunia.

Para pejabat Yaman mengisyaratkan “kejutan” militer lebih lanjut masih akan terjadi, yang mungkin akan terjadi tergantung pada tindakan Israel di Gaza.

Sumber : The Cradle

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *