AS Sebut Iran, Rusia dan China sebagai “Poros Kejahatan”

Foto: Ketua DPR AS Mike Johnson menyebut Iran, Rusia, dan Tiongkok sebagai “poros kejahatan” ketika ketiga negara tersebut terus melawan apa yang mereka lihat sebagai unilateralisme Washington di arena internasional.(Kolase)

Resistensi.id – Ketua DPR AS Mike Johnson pada akhir pekan lalu menyebut bahwa kerjasama pihak Rusia, China, dan Iran adalah sebuah “poros kejahatan” yang baru, dan berjanji akan mempertaruhkan tugasnya untuk memberikan lebih dari $60 miliar kepada Ukriana yang kini tengah diinvasi oleh Rusia.

“Saya pikir memberikan bantuan besar ke Ukraina saat ini sangatlah penting. Saya benar-benar percaya. Saya sangat percaya pada informasi dan pengarahan yang kami dapatkan,” tegasnya, melansir Newsweek, Selasa, 23 April 2024.

“Saya percaya (Presiden China) Xi Jinping dan (Presiden Rusia) Vladimir Putin dan Iran benar-benar merupakan sebuah poros kejahatan,” lanjut Johnson. “Saya pikir mereka berkoordinasi dalam hal ini. Saya pikir Vladimir Putin akan terus melakukan demonstrasi di Eropa jika dia diizinkan,” klaimnya.

Seperti diketahui, beberapa tahun kebelakang, ketiga negara, Rusia, China dan Iran memang semakin menunjukkan kedekatan mereka, mulai dari militer, ekonomi dan lainnya. Bahkan, pada awal tahun ini, ketiga negara melakukan latihan militer bersama di Teluk Oman.

AS juga percaya bahwa Iran dan China membantu Rusia dalam perangnya dengan Ukraina.

Hal ini ia ungkapkan saat AS mengumumkan bahwa pihaknya akan memberi paket bantuan kepada tiga negara, yaitu Israel, Ukraina dan Taiwan yang dianggap sebagai ‘musuh’ dari Iran, Rusia dan China. Paket bantuan tersebut senilai $95 miliar atau Rp1.530 triliun. AS menyediakan sekitar $61 miliar atau Rp 989 triliun untuk mengatasi konflik di Ukraina, termasuk $23 miliar untuk mengisi kembali senjata, persediaan, dan fasilitas AS.

Lalu, $26 miliar atau Rp340 triliun untuk Israel, termasuk $9 miliar atau Rp145 triliun untuk kebutuhan kemanusiaan ke Sudan dan Tahiti; dan $8 miliar atau Rp129 triliun untuk pihak Asia Pasifik, termasuk Taiwan.

Hal ini dianggap sebagai perubahan dalam pendirian Johnson mengenai RUU tersebut, karena selama beberapa bulan terakhir, Johnson menentang pemungutan suara mengenai RUU bantuan luar negeri senilai $95 miliar dan menegaskan bahwa, seperti anggota Partai Republik lainnya, ia tidak dapat mendukung RUU tersebut

Perubahan sikap ini terjadi setelah serangkaian pertemuan Johnson baru-baru ini dengan para kepala intelijen AS. “Saat ini adalah saat yang kritis, saat yang kritis di panggung dunia,” kata Johnson kepada wartawan pada pekan lalu.

Sumber : IRNA

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *