Musim Semi Amerika

Foto: Perguruan tinggi California AS membatalkan upacara wisuda karena demonstrasi mahasiswa pro-Palestina atas genosida Israel di Gaza terus berlanjut.(sc/BBC-video)

Resistensi.id – Mungkin sebagian orang mempertanyakan dan meragukan bahwa untuk apa kita melakukan demonstrasi pada Hari Al-Quds di setiap Jum’at terakhir di bulan Ramadhan, mengapa Imam Khomeini mencanangkan Hari Al-Quds tersebut, dan bagaimana mungkin teriakan-teriakan sekelompok kecil orang bisa melawan kedigdayaan Israel.

Namun, di tengah berkecamuknya keraguan semacam itu, Imam Khomeini justru percaya bahwa demonstrasi yang dibangkitkan oleh kaum Muslim pada Hari al-Quds akan menjadi awal untuk menghentikan kejahatan Israel dan para pendukungnya. Beliau juga berpesan, “Jangan pernah menyerah. Karena, terkadang hal-hal besar mesti dilakukan secara perlahan.”

Rasanya nyaris tak percaya ketika menyaksikan fenomena di Amerika dan Eropa saat ini. Masyarakat mereka turun ke jalan untuk berdemonstrasi membela Palestina. Bahkan, masyarakat di belahan dunia lainnya juga turut berbondong-bondong membela Palestina.

Khususnya, para mahasiswa di berbagai penjuru Amerika. Mereka beramai-ramai membangun tenda-tenda solidaritas bagi rakyat Palestina. Mereka tidak gentar dengan kebrutalan dan penangkapan oleh pihak keamanan. Bahkan mereka pun tak bergeming dengan ancaman skorsing dan pemecatan oleh pihak kampus. Mereka tetap teguh berkemah di lapangan kampus, dan jumlah mereka pun semakin banyak. Mereka tidak peduli terhadap sanksi yang menimpa mereka, dan malah menganggapnya sebagai kehormatan tertinggi demi Gaza.

Fenomena ini tentu saja mengagetkan pemerintah Amerika, disebabkan oleh pergeseran pola pikir generasi muda mereka yang nantinya akan menggantikan posisi mereka di masa depan. Ini juga merupakan pukulan telak bagi kekuatan lobi Zionis di Amerika, yang tidak lagi berpengaruh bagi publik negeri tersebut. Selain itu, kepanikan dan kebrutalan yang ditampilkan oleh penguasa dan aparat secara otomatis justru menelanjangi kebohongan dan standar ganda Amerika terkait isu demokrasi, kebebasan, dan HAM.

Dunia kini telah terbalik. Hizbullah yang dulu disebut-sebut sebagai teroris, sekarang justru benderanya dikibarkan di jalan dan kampus Amerika. Iran yang dulu dicemooh sebagai pendukung terorisme, karena teguh dalam membela Palestina, kini justru dielu-elukan oleh dunia. Bahkan, foto Sayid Ali Khamenei dan bendera Iran terpampang di tembok depan gedung Kongres Amerika, di tengah teriakan para demonstran. Palestina yang dulu tidak dilirik, saat ini justru dibela mati-matian oleh publik Barat. Yaman yang dulu diremehkan, kini justru dipuji-puji sebagai macan laut yang membuat para pendukung Israel merinding dan tak berdaya.

Opini dunia pun telah bergeser. Israel dan para pendukungnya telah terkucil di pojok sejarah. Yang mana, semua ini berawal dari seruan Hari Al-Quds oleh Imam Khomeini puluhan tahun yang lalu, yang seolah sederhana dan mustahil. Namun, sekarang kita tahu betapa penting dan logisnya seruan tersebut, yang berujung pada peristiwa besar musim semi di Amerika dan Eropa saat ini. Wallahu ‘Alam. (***)

Sumber : Diambil dari Tulisan M. Anis Mulachela melalui WAG
(1 Mei 2024)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *