Pangeran Yordania Pertanyakan Normalisasi dengan Israel

Foto: Pangeran Yordania Hussein bin Abdullah pertanyakan normalisasi dengan Israel. (SC/Tumblr)

Resistensi.id – Putra mahkota Yordania Pangeran Hussein bin Abdullah mengungkap negaranya mulai pertanyakan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

Pangeran Hussein mengatakan perdamaian tak akan tercapai akibat ulah Israel melancarkan agresi ke Palestina.

“Ini tidak akan mencapai perdamaian. Jika orang-orang (Israel) tidak percaya rakyat Palestina diberikan hak, mereka tak percaya perdamaian dan tidak akan menerima hubungan normal (normalisasi),” ujar Pangeran Hussein dikutip dari Al Arabiya, Senin (27/5).

Yordania disebut tengah mengalami sebuah dilema dalam ‘pertempuran diplomatik dan politik’ seusai Israel melancarkan serangan brutal tanpa henti ke Rafah, Gaza, Palestina.

Hussein juga meragukan normalisasi dan perjanjian perdamaian antara negara-negara Arab dengan Israel. Sebab, ia merasa mereka tidak cukup berupaya untuk mengakhiri perang yang tengah berkecamuk di Gaza.

“Kami terkejut dengan ketidakmampuan dunia menghentikan pembantaian di Gaza. Masyarakat di wilayah tersebut telah kehilangan kepercayaan terhadap komunitas internasional,” ungkap Hussein.

“Lebih dari 35.000 orang telah terbunuh – 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Berapa jumlah korban jiwa yang harus kita ambil agar dunia dapat mengambil tindakan? Ini adalah nyawa manusia, bukan sekadar angka,” lanjut Hussein.

Pangeran Hussein sempat menyebut bahwa Yordania sedang mempertimbangkan lebih lanjut soal posisi diplomatis dan politik Yordania terhadap Israel.

Sebelumnya, Yordania dan Israel telah menjalin hubungan diplomatik, politik, dan ekonomi sejak menandatangani perjanjian damai pada 1994. Namun hubungan kedua negara kian memburuk usai agresi Israel yang berlangsung sejak Oktober tahun lalu.

Dukungan serupa juga muncul dari akar rumput yang menuntut agar Yordania memutus hubungan dengan Israel.

Hussein pun pernah mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena mencoba menyeret negaranya ke dalam konflik yang sedang terjadi.

Konflik yang sedang terjadi dan hendak memasuki bulan ke delapan itu telah menewaskan lebih dari 36.000 orang di Jalur Gaza.

Hamas yang disebut-sebut menjadi dalang agresi awal itu menjadi respons terhadap penindasan Israel yang telah terjadi selama puluhan tahun.

Pangeran Hussein pun mengungkap terdapat hal manipulatif dari pihak Negeri Zionis terhadap perang yang sedang berlangsung.

“Pemerintah Israel berusaha mempromosikan ke seluruh dunia bahwa konflik dimulai pada 7 Oktober,” ungkap Hussein.

“Mari kita kembali ke masa sebelum 7 Oktober, dan semua pidato Yang Mulia Raja (Raja Abdullah II dari Yordania) dalam 25 tahun terakhir, dan bagaimana beliau memperingatkan bahwa terus melanggar hak-hak rakyat Palestina akan mengakibatkan bencana di wilayah tersebut. Lihatlah apa yang terjadi hari ini,” lanjutnya.

Sejauh ini, terdapat segelintir upaya yang dilakukan oleh beberapa negara guna menyelesaikan konflik itu. Namun, Israel tak menanggapi hal tersebut secara serius hingga menimbulkan berbagai krisis serius.

Sumber : Al Arabiya

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *