Foto: Ketidakmampuan dan ketidakpedulian Saudi yang berlangsung lama menyebabkan kematian ratusan jamaah haji tahun ini. Orang-orang dibiarkan mati di pinggir jalan ketika para pejabat Saudi lewat.(kolase)
Resistensi.id – Ratusan jamaah haji meninggal karena serangan panas selama haji tahun ini. Jumlah totalnya mencapai 577 pada tanggal 18 Juni malam, dimana 323 di antaranya adalah warga Mesir.
Jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi karena tidak ada orang hilang yang tercatat. Dalam sebagian besar kasus, serangan panas disebut-sebut sebagai penyebab kematian.
Suhu di Makkah melonjak hingga 50 derajat Celcius dan sayangnya banyak yang kehilangan tempat berlindung. Kurangnya air, sehingga dehidrasi, juga menjadi salah satu faktornya.
Rincian negara-negara peziarah yang meninggal adalah sebagai berikut: 60 warga Yordania , 37 warga Indonesia, dan 35 warga Tunisia, menurut Kementerian Luar Negeri Tunisia.
Jamaah haji dari Pakistan, Iran dan Senegal juga meninggal meski jumlah pastinya belum diketahui.
Pusat meteorologi nasional Saudi menyebutkan, pada 17 Juni, suhu di Masjidil Haram Makkah telah mencapai 51,8 derajat Celsius.
Meskipun tidak ada informasi lebih lanjut yang diberikan, perlu diingat bahwa jamaah harus berjalan tanpa alas kaki dan tanpa penutup kepala (untuk pria) kecuali payung, di Masjidil Haram.
Video yang dibagikan di media sosial memperlihatkan puluhan jamaah tergeletak tak bernyawa di pinggir jalan di tengah panas terik di Mina.
Ketika jamaah mendekati pejabat Saudi atau petugas medis untuk meminta bantuan, mereka hanya mengangkat bahu dan pergi.
Lihat Video kondisi jamaah haji yang meninggal di jalanan
Puluhan Jamaah Haji Meninggal dijalan tanpa Pertolongan, Saudi Tak Becus Urus Haji..
— Resistensid (@Resistensid) June 22, 2024
Selengkapnya >> https://t.co/syoVEZ8hX1 pic.twitter.com/3MsXQxMzDv
Kerabat para peziarah yang meninggal duduk di samping jenazah sampai ambulans tiba untuk mengambil jenazah dan membawanya ke kamar mayat.
Sebagian besar jamaah menyatakan kekecewaannya atas sikap Saudi yang tidak berperasaan dan kurangnya bantuan atau dukungan ketika mereka berada dalam kesulitan.
Beberapa jamaah Saudi dan Emirat bahkan mengambil tenda yang disediakan untuk jamaah Pakistan di Mina.
Mereka menggunakannya untuk menyimpan barang bawaan sementara para peziarah Pakistan terpaksa tidur di tempat terbuka.
Tentu saja, barang bawaan Saudi memiliki nilai lebih dibandingkan jamaah haji, terutama dari Pakistan yang mereka anggap nakal .
Selama bertahun-tahun, sikap tidak berperasaan dan ketidakmampuan Saudi telah menyebabkan kematian jamaah haji yang sebenarnya tidak bisa dihindari.
Memang benar, ada jutaan jamaah haji, namun saat ini Saudi seharusnya sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk mengelola jamaah dalam jumlah besar.
Hal itu dianggap bahwa Saudi tidak ingin melayani mereka(jamaah haji).
Ada kereta berkecepatan tinggi yang seharusnya mengangkut jamaah dari Makkah ke Mina dan Arafah. Tapi banyak kereta yang dibatalkan, pihak Saudi bahkan menutup stasiun kereta api tempat jamaah haji bisa berlindung dari panas terik.
Ketidakpedulian Saudi
Sudah saatnya umat Islam menyadari situasi suram ini dan melepaskan kendali ibadah haji dari cengkeraman orang-orang Badui Saudi. Mereka tidak layak untuk mengurus urusan haji.
Jika mereka tidak belajar apa pun selama 92 tahun mengurus urusan haji, maka mereka tidak bisa lagi mengendalikan kewajiban besar Islam ini.
Dunia Muslim memiliki banyak manajer yang kompeten dan profesional lainnya serta empati yang diperlukan untuk kesejahteraan jamaah haji agar dapat mengelola urusan ini dengan baik tanpa bencana yang memilukan setiap tahunnya.
Sungguh menyedihkan dan menjengkelkan melihat orang-orang Saudi yang tidak kompeten hanya mengangkat bahu ketika dimintai bantuan.
Saudi tidak memiliki Haramayn (Mekkah dan al-Madinah).
Mereka adalah pencuri dan bandit dan harus diperlakukan seperti itu.
Sumber : Ditulis oleh Zafar Bangash, adalah seorang Direktur di Institut Pemikiran Islam Kontemporer (ICIT) London melalui Crescent international. substack.