Resistensi.id – Viral di media sosial menunjukkan drone jenis layang terbang di atas garis pantai dekat Tel Aviv sebelum tiba di kota tersebut dan menyebabkan sebuah ledakan besar.
Angkatan bersenjata Yaman mengatakan, drone canggih terbaru tersebut tidak dapat dideteksi oleh pertahanan udara Israel dan menamakannya Jafa, diambil dari nama Palestina untuk Tel Aviv sebelum diduduki oleh Israel.
Jalur drone menunjukkan bahwa pesawat tanpa awak itu melewati lebih dari sekedar pertahanan Israel, menempuh jarak hampir 1000 mil atau sekitar 1600 km.
Drone Angkatan Bersenjata Yaman(Ansarullah) tersebut diberi nama “Jaffa” merujuk pada nama kota Palestina sebelum diganti oleh rezim penjajah dengan nama Tel Aviv.
Menurut penjelasan angkatan bersenjata Yaman, kemampuan drone Jaffa adalah sebagai berikut :
- Jarak jauh dan multifungsi.
- Hulu ledak eksplosif yang kuat.
- Kemampuan untuk bersembunyi dari radar dan pertahanan.
“Drone Yaman tidak hanya melewati pertahanan udara Israel, tetapi juga melewati Angkatan Laut AS, Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Rudal ini berhasil melewati pertahanan udara Saudi… melewati Yordania, melewati segalanya.
Dan berhasil menyerang ibu kota negara pendudukan Israel,” kata jurnalis dan editor The Cradle Esteban Carrillo melalui Sputnik. Israel pun tak menampik dengan serangan tersebut dan menyebut pertahanan mereka kebobolan.
“(Israel) menyebutnya akibat kesalahan manusia. Kami melihat sesuatu masuk melalui selatan dan tidak menganggapnya sebagai ancaman.’ Ya, mereka salah.”
Militer Yaman telah menegaskan bahwa tindakan mereka terhadap Israel dilakukan sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza yang menderita akibat kampanye militer Israel yang digambarkan sebagai genosida oleh banyak pemimpin dunia dan organisasi hak asasi manusia.
Ironisnya, Yaman merupakan salah satu negara termiskin di dunia yang berani dengan gagah melawan Israel. Sementara di sekitarnya,terdapat beberapa negara Arab kaya di wilayah teluk tersebut, yang memiliki sumber daya untuk berbuat lebih banyak(membela Palestina yang tertindas).
Carrillo mengatakan dia tidak terkejut bahwa negara-negara Teluk menolak berbuat lebih banyak. “Saat ini, ini sudah menjadi status quo selama beberapa dekade, bukan? Kapan Saudi pernah membantu Palestina? Kapan Irak? Kapan orang Yordania, kan? Seperti, sejak (Perang Enam Hari), (yang) sepertinya sudah lama sekali, mereka pada dasarnya telah menormalisasi (hubungan dengan Israel), begitu pula dengan Mesir.”
Sumber : Sputnik | The Cradle