Siapa yang Menang, Siapa yang Kalah?

Resistensi.id – Berkaitan dengan perkembangan terakhir konflik di Timur Tengah setelah jatuhnya Bashar Assad, para pengamat politik dan militer internasional banyak diantara mereka membuat analisa dan simpulan yang keliru

Mereka secara gegabah menyimpulkan, dinamika yang terjadi akhir² ini di Suriah, sebagai kekalahan taktis dan strategis Iran atas Israel.

Benarkah?

Hitung-hitungan di atas kertas, dari data peringkat kekuatan militer dunia yang disusun berdasarkan penilaian Global Firepower, seharusnya Zionis Israel sudah bisa menaklukkan Hamas di Gaza dan Hezbollah di Lebanon dengan mudah dan dalam waktu singkat, paling lama 3 bulan.

Analisanya sederhana…
Peringkat kekuatan militer Israel ada di urutan ke 14, Israel juga didukung oleh negara-negara peringkat atas kekuatan militer dunia seperti Amerika, Inggris, Jerman, Italia dan Perancis.

Bandingkan dengan Hamas dan Hezbollah yang kekuatan militernya tidak masuk list Global Firepower dan bila dibandingkan dengan kapasitas militer Isreal, boleh dibilang kekuatan militer mereka tidaklah sebanding, bagai bumi dengan langi. Apalagi Hamas dan Hezbollah cuma mendapat dukungan dari satu negara yaitu Iran yang kekuatan militernya masih berada dibawah Israel, Iran ada pada peringkat ke 17 dan Israel bertengger di urutan peringkat ke 14.

Coba bandingkan,
Amerika sebagai negara peringkat pertama dunia beserta Israel peringkat ke 14 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙬𝙖𝙣 Iran yang cuma peringkat ke 17 beserta Hamas dan Hezbollah yang tidak dilirik kekuatannya oleh Global Firepower.

Namun begitu,
Kenyataannya sudah 14 bulan perang berlangsung, Israel tetap belum mampu menduduki Gaza sepenuhnya dan Israel juga gagal total menyingkirkan Hezbollah dari selatan sungai Litani Lebanon Selatan.

Dengan realita seperti itu, terus prestasi apa? yang patut dibanggakan oleh Israel atau Amerika.

Jika perang ini dinilai sebagai perangnya Israel melawan Iran, maka sudah jelas pemenangnya adalah Iran. Sebab Iran berperang tanpa mengalami cidera atau kematian, tanpa menderita kerugian material atau kehancuran sedikit pun.
Sementara Israel begitu berdarah darah, ribuan kematian, kehancuran dan kerugian ekonomi serta finansial yang sangat besar.

Bila perang ini dinilai sebagai perang proxy antara Amerika melawan Iran, tetap Iran lah yang menang. Sebab dengan kapabilitasnya sebagai ranking pertama peringkat militer dunia, Amerika tidak mampu berbuat banyak melawan Iran yang berada pada peringkat ke 17. Bahkan Amerika dibikin babak belur oleh proxy Iran lainnya, Ansharullah Houthi di Laut Arab dan Laut Merah.

Yang namanya Kemenangan biasa dimaknai secara sempit, sekedar penaklukan wilayah atau penguasaan teritorial musuh. Sedangkan orang-orang beriman mempercayai bahwasanya, Kemenangan yang hakiki itu adalah Kemenangan yang diberikan oleh Allah setelah datangnya pertolongan. Dan pertolongan itu hanya akan turun setelah berhasil mengatasi ujian² kesulitan, fitnah serta pengkhianatan.

Tangan Iran memang terpotong di Suriah dengan jatuhnya pemerintahan Assad, namun itu bukanlah sebuah kekalahan melainkan ujian pengkhianatan, dan itu adalah tahapan penting yang memang harus dilalui.

Iran telah berhasil mengatasi ujian menghadapi kesulitan, sukses menangani ujian² fitnah dan sekarang sedang berkonsentrasi menyikapi ujian² pengkhianatan dari para munafikin dalam tubuh umat Islam sendiri terutama Turki dan Arab

Iran dengan seluruh proxy nya telah mendapatkan pertolongan Allah, tinggal selangkah lagi ketika berhasil mengatasi ujian pengkhianatan ini, insyaallah janji kemenangan akan segera Allah berikan.

Sumber : FB Firman Chakim

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *