UMAT YANG BERULANG KALI TERTIPU: REFLEKSI KRITIS ATAS SEBUAH FENOMENA

Resistensi.id – Berikut adalah penjabaran situasi di mana umat sering kali terjebak dalam narasi palsu yang dimanfaatkan oleh kekuatan asing dan propaganda sektarian:

  1. Tertipu oleh Pemberontak Bayaran Amerika Serikat

Awalnya, dukungan besar diarahkan pada FSA (Free Syrian Army) dengan keyakinan bahwa mereka memperjuangkan kebebasan rakyat Suriah. Namun, fakta menunjukkan bahwa FSA adalah proyek buatan Amerika Serikat, dengan dukungan figur seperti George Sabra, seorang Kristen Suriah pro-Zionis, yang didanai oleh Qatar. Faktanya
Dataran Tinggi Golan diserahkan kepada Israel oleh kelompok ini sebagai imbalan atas dukungan militer dari Israel kepada pemberontak Suriah. Tokoh-tokoh FSA lebih fokus pada penguatan hubungan dengan kekuatan asing daripada melindungi rakyat Suriah.

  1. Tertipu oleh ISIS

Setelah FSA kehilangan dukungan, banyak yang berpaling pada kelompok seperti Front Al-Nusra, Jaysh Al-Islam, dan ISIS. Namun, kelompok-kelompok ini terbukti merupakan bagian dari operasi false flag Amerika Serikat untuk menciptakan instabilitas di kawasan.
Awalnya: Kelompok seperti ISIS dipandang sebagai pahlawan perjuangan.
Kenyataannya: Kelompok-kelompok ini saling bertikai, dan keterlibatan mereka dalam kekerasan tanpa arah telah merugikan umat Islam secara keseluruhan.

  1. Tertipu oleh Propaganda Buzzer Saudi

Selama bertahun-tahun, propaganda sektarian yang didukung Saudi menuduh kelompok Syiah bekerja sama dengan Zionis. Narasi ini menyebar luas untuk memecah belah umat Islam.Fakta di lapangan, Rudal dan drone Iran serta Hizbullah adalah salah satu kekuatan yang paling signifikan dalam menghantam target Israel, termasuk di Tel Aviv. Teknologi seperti drone Shahed dan rudal hipersonik menjadi bukti kekuatan nyata yang tidak bisa diabaikan.

  1. Tertipu oleh Julani dan Kelompoknya

Euforia kemenangan pemberontak Suriah dipandang sebagai pintu gerbang pembebasan Baitul Maqdis. Namun, kenyataan berkata lain. Dataran Tinggi Golan: Sudah sepenuhnya dikuasai Israel dan diubah menjadi zona penyangga tiga lapis. Komentar Julani: Saat ditanya tentang pembebasan Baitul Maqdis, ia dengan enteng menjawab, “Kami tidak siap untuk perang baru.” Kenyataan: Alih-alih menghadapi Israel, kelompok Julani justru fokus pada konflik internal yang tidak menghasilkan apa-apa selain penderitaan.

Kesimpulan:

Belajar dari Kesalahan

Berbagai contoh di atas menunjukkan bagaimana umat dapat dimanipulasi oleh propaganda dan kepentingan asing. Kritisisme adalah kunci: Jangan mudah percaya pada narasi tanpa fakta. Propaganda sektarian adalah racun: Fokus pada persatuan umat jauh lebih penting daripada terus-menerus saling menyalahkan berdasarkan perbedaan sektarian. Belajar dari sejarah: Kesalahan yang sama tidak seharusnya diulang berulang kali.

Referensi:
Artikel dari Arsip Web: George Sabra dan FSA
Jerusalem Post: Laporan hubungan FSA dan Israel
CNN International: False Flag ISIS dan AS
Sindonews: Analisis kebrutalan ISIS
Times of Israel: Julani dan Golan
Financial Times: Peran Israel di Suriah
Jerusalem Post: Hizbullah melawan Israel

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *