Qassem Soleimani dan Jejaknya dalam Taufan al-Aqsa

Foto: Operasi Taufan Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023 mengejutkan dunia karena skala serangannya terhadap Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Operasi ini menandai babak baru dalam konflik Palestina-Israel, dengan Hamas menunjukkan kemampuan militer yang jauh lebih maju dibandingkan sebelumnya. Di balik keberhasilan operasi ini, saya akan paparkan fakta, bahwa keberhasilan operasi itu adalah warisan strategi dan dukungan yang dirancang oleh Qassem Soleimani.(ABNA24)

Resistensi.id – Saya tidak habis piklr, dengan mereka yang selalu aktif membicarakan palestina dan pembebasan al-Quds dimana-mana, di mimbar masjid, di pengajian, di tabligh akbar, di podcast bahkan sampai talkshow di tv-tv dengan didaulat sebagai analis dan pengamat, tetapi menutup mata dari peran Iran khususnya Brigade Al-Quds. Felix Siaw ketika ditanya, negara yang paling berperan membantu Palestina selain Indonesia, dia tanpa ragu malah menyebut Turki dan Mesir. Tidak jarang dari dai-dai yang tiba-tiba bisa merangkap menjadi pengamat geopolitik itu, malah menggembosi peran Iran dengan menyebut Iran hanya gimmick, hanya untuk mencari simpatik umat Islam, hanya cari muka saja. Apa untungnya Iran cari muka dari mereka yang bermuka tembok?.

Belum lagi mereka yang memuji-muji Hamas dan front perlawanan yang melancarkan operasi Badai Al-Aqsa (Al-Aqsa Flood). Logikanya, ketika memuji operasi Badai Al-Aqsa, maka juga mestinya siapapun yang berperan dibaliknya, harus ikut dipuji, minimal disebut jasanya. Mustahil, kalau memang mereka perhatian pada perjuangan pembebasan Al-Quds, tidak pernah menyaksikan orasi-orasi lantang Ismail Haniyah, Yahya Sinwar sampai Abu Ubaidah yang berterimakasih pada Iran. Kalau tokoh-tokoh Hamas sendiri berterimakasih dan memuji peran Iran, kok yang katanya pendukung Hamas, malah menunjukkan sebaliknya?.

Tulisan saya ini bukan meminta agar mereka beralih memuji Iran. Iran juga tidak pernah meminta itu. Biarkan mereka tetap dengan sikap arogannya yang masih membawa kebencian sektarian pada isu Palestina, disaat semestinya yang dibutuhkan adalah seruan persatuan. Izinkan saya memaparkan peran Iran, khususnya Brigade al-Quds, lebih khusus lagi panglimannya, Jenderal Qassem Soleimani.

Siapa Qassem Soleimani?

Operasi Taufan Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023 mengejutkan dunia karena skala serangannya terhadap Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Operasi ini menandai babak baru dalam konflik Palestina-Israel, dengan Hamas menunjukkan kemampuan militer yang jauh lebih maju dibandingkan sebelumnya. Di balik keberhasilan operasi ini, saya akan paparkan fakta, bahwa keberhasilan operasi itu adalah warisan strategi dan dukungan yang dirancang oleh Qassem Soleimani.

Tapi sebelumnya, siapa Soleimani itu?. Bisa dibilang tidak banyak yang mengenal Qassem Soleimani, sampai dua buah roket Hellfire ditembakkan Drone MQ-9 Reaper ke mobil yang ditumpanginya saat baru keluar dari Bandara Internasional Baghdad pada dini hari 3 Januari 2020. Dunia seketika heboh, sebab saat itu situasi bukan dalam keadaan perang, namun AS melakukan serangan yang dipantau langsung oleh Trump. Banyak yang bertanya-bertanya, siapa Qassem Soleimani itu, sampai demi menghabisinya, AS menerjang batasan internasional. Apa saja yang telah diperbuatnya sampai Donald Trump harus menghabisinya dan melewati garis merah hubungan Iran-AS?.

Dunia tidak banyak mengenal Soleimani, sebab dia bekerja dalam senyap. Sebagai Panglima Brigade al-Quds sejak 1998, dia minim publikasi diri. Banyak operasi rahasia yang dilakukannya, yang memiliki dampak strategis besar di regional. Bagi AS dan Barat dia sangat dikenal sekaligus ditakuti. Media Barat seperti the New Yorker, the Guardian sampai the Washington Post menjulukinya “Jenderal Bayangan” (the Shadow Commander). Julukan ini diberikan untuk menggambarkan sifat misterius Soleimani dan keterlibatannya dalam operasi yang seringkali tidal terlihat oleh dunia.

Keinginan untuk membunuh Soleimani sudah muncul dari dua dekade lalu. Netanyahu sering mengeluhkan ke AS mengenai pergerakan berbahaya Soleimani dan brigade al-Qudsnya. Dia berkali-kali menyebut di Knesset, Soleimani sebagai ancaman besar bagi Israel. Sejak itu Soleimani sering berada dalam radar inteliijen AS dan sekutunya. Meski keinginan membunuh Soleimani sudah ada sejak masa Presiden George W. Bush dan Barack Obama namun kedua pemimpin AS ini lebih memilih berhati-hati dan mempertimbangkan dampaknya yang dapat memicu perang besar dengan Iran. Baru pada 2019-2020, di bawah pemerintahan Donald Trump keputusan pembunuhan ini diambil, menyusul ketegangan Iran-AS meningkat drastris pasca AS menarik diri dari JCPOA pada 2018.

Kontribusi Soleimani bagi Persiapan Taufan al-Aqsa

Disclaimer, apa yang saya rincikan ini bukan mengada-ada. Bukan saya ambil dari imajinasi kosong untuk sekedar mengglorifikasi figur Soleimani. Ini diakui sendiri oleh petinggi Hamas secara terbuka dalam berbagai orasi mereka dan secara khusus apa yang telah disampaikan perwakilan biro politik Hamas di Iran Dr. Khaled al-Qaddumi saat saya menghadiri pertemuan aktivis media pro Palestina di Teheran tahun lalu.

Ini kontribusi Soleimani dalam membangun infrastuktur militer Hamas dan JI sehingga memiliki kemampuan menghadapi Israel:

  1. Transfer Teknologi dan Pengembangan Senjata Lokal

Melalui koordinasi Jenderal Soleimani, ia memilih pemuda-pemuda potensial Gaza untuk dilatih secara khusus dalam memproduksi rudal lokal. Transfer teknologi militer dari Iran ini terbukti efektif dalam berhasilnya operasi Taufan al-Aqsa. Rudal-rudal seperti Qassam dan yang lebih canggih, seperti Al-Quds dan Ayash, digunakan secara masif dalam serangan tersebut. Lebih dari itu, insinyur-insinyur Hamas juga dilatih mengembangkan drone berbasis terkhnologi. Drone Kamikaze diantara drone yang kerap digunakan Hamas menyerang target di wilayah pendudukan Israel.

  1. Pelatihan Militer dan Strategi Perang Asimetris

Jenderal Soleimani mengorganisasi pelatihan intensif bagi para pejuang Hamas di kamp-kamp rahasia di luar Gaza, khususnya di Suriah dan Iran. Latihan ini mencakup taktik gerilya, infiltrasi teritorial, dan penggunaan persenjataan canggih seperti roket anti-tank Kornet yang sering digunakan melawan kendaraan militer Israel.

Operasi infiltrasi besar-besaran dalam Taufan Al-Aqsa, termasuk penggunaan motor dan paralayang untuk menyerang posisi Israel, merupakan hasil langsung dari taktik yang dikembangkan di bawah bimbingan pasukan ellit Brigade al-Quds.

  1. Pembangunan Infrastruktur Militer Bawah Tanah

Jenderal Soleimani juga membantu membangun jaringan terowongan bawah tanah Hamas di Gaza, yang dikenal sebagai “Metro Hamas.” Terowongan inilah yang memungkinkan pergerakan logistik, penyimpanan senjata, dan peluncuran serangan secara tiba-tiba tanpa terdeteksi oleh Israel. Dalam serangan Taufan Al-Aqsa, terowongan inilah yang digunakan sebagai jalur suplai dan rute serangan mendadak. Ahmad abd al-Hadi, perwakilan Hamas di Lebanon berkata, “Dua orang yang megemukakan ide penggalian terowongan adalah Imad Mughniyeh dan Hajj Qassem Soleimani. Bedanya, Hajj Qassem datang langsung ke Gaza dan menjalankan langsung idenya itu.“

Tahu tidak, ada 1300 lebih terowongan yang telah dibuat susah payah ini dihancurkan oleh Mesir dengan alasan keamanan. Berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan Felix Siaw, bahwa Mesirlah yang banyak berjasa bagi warga Gaza dibanding Iran.

  1. Dukungan Finansial dan Logistik Jangka Panjang

Jenderal Soleimani memastikan aliran dana dan dukungan logistik dari Iran ke Gaza tetap konsisten, meskipun di tengah blokade ketat Israel. Dana inilah yang digunakan untuk pengembangan persenjataan, pelatihan, dan penguatan infrastruktur meski berada di wilayah yang disolasi. Bantuan jangka panjang inilah yang masih terus dimanfaatkan pejuang-pejuang Hamas untuk mempertahankan kekuatannya dalam perang Gaza yang masih terus berlangsung hingga hari ini.

Al-Arabiya pernah menurunkan reportase tahun 2006, delegasi Hamas yang dipimpin Yahya Sinwar secara sembunyi-sembunyi menerima langsung uang tunai $22 juta dari Qassem Soleimani. Dana itu diserahkan langsung jenderal Iran ini dalam koper-koper. Pendanaan itulah yang digunakan untuk membangun kekuatan militer Hamas. Secara konsisten bantuan Iran terus diberikan melalui Soleimani.

  1. Membangun Jaringan Resistensi Regional

Jenderal Soleimani adalah arsitek jaringan perlawanan regional yang menghubungkan Hamas dengan kelompok-kelompok perlawanan lain, seperti Hizbullah di Lebanon, Hashd al-Shabi di Irak dan Ansharullah di Yaman. Koordinasi lintas wilayah inilah yang mempersulit Israel untuk memusatkan serangan pada satu titik, karena ancaman juga datang dari berbagai arah.

Dengan visinya, Jenderal Soleimani telah menghubungkan kelompok-kelompok perlawanan dari berbagai negara dalam satu tujuan strategis, yaitu melawan Zionisme dan membebaskan Palestina. Jaringan ini sering disebut sebagai front Muqawamah (resistensi).

  1. Meningkatkan Moril perjuangan dan Ideologis Perlawanan

Jenderal Soleimani tidak hanya berfokus pada aspek militer, tetapi juga pada penguatan moral dan ideologi perlawanan. Ia meyakinkan para pemimpin Hamas bahwa perjuangan mereka melawan Israel adalah bagian dari jihad yang lebih besar untuk pembebasan Al-Quds. Narasi ini terus hidup dan menjadi motivasi kuat dalam serangan besar seperti Taufan Al-Aqsa.

  1. Pengaruh Strategis Melalui Blueprint Perlawanan

Jenderal Soleimani membuktikan dirinya sebagai panglima yang visioner. Warisannya yang paling berharga bagi Hamas adalah rancangan strategi jangka panjang yang telah dia berikan untuk perlawanan Palestina. Operasi Taufan Al-Aqsa merupakan implementasi dari blueprint yang melibatkan serangan simultan, infiltrasi darat, dan penggunaan senjata yang sulit dideteksi. Konsep serangan mendadak yang direncanakan dengan matang adalah ciri khas taktik yang dikembangkan oleh jenderal Iran ini.

Masih ada lagi, tapi ini saja sudah cukup. Intinya, meski Jenderal Soleimani telah gugur pada 2020 lalu, namun pengaruhnya tetap hidup dalam strategi dan kemampuan militer Hamas. Operasi Taufan Al-Aqsa adalah bukti bagaimana dukungan yang ia berikan selama bertahun-tahun telah membekali Hamas dengan kemampuan untuk meluncurkan serangan besar yang mengguncang Israel dan dunia. Yahya Sinwar secara terbuka mengatakan, peran Jenderal Soleimani dibalik serangan-serangan Hamas, tanpa mengajukan persyaratan apapun, dan tanpa mendikte kapan Hamas akan melakukannya.

Gelar Syahidul Quds (yang syahid di jalan pembebasan Al-Quds) yang diberikan Ismail Haniyah kepada Jenderal Soleimani saat pemakamannya, sebagai bukti yang tidak terbantahkan, betapa besar peran Jenderal Soleimani dan brigadenya dibalik kekuatan militer Hamas, yang dua dekade sebelumnya, menghadapi kekejian Israel hanya dengan ketapel dan lontaran baru. Ismail Haniyah berkata, “Apa yang diberikan Soleimani kepada Palestina dan perlawanan telah membawa mereka ke posisi mereka saat ini dalam hal kekuatan dan keteguhan.”

Semua yang telah dilakukan Jenderal Soleimani untuk membangun kekuatan militer di regional dengan target kehancuran rezim Zionis dan mematahkan dominasi AS di kawasan, tentu menjadi ancaman besar. Karena itu, tidak ada cara untuk menghentikan langkahnya selain menghabisi nyawanya. Kini, tubuhnya memang hancur, tapi yang tidak diketahui AS dan Israel, blueprint perlawanan yang telah dia buat telah ada di tangan pejuang-pejuang front perlawanan yang masih akan terus hidup untuk menjadi mimpi buruk bagi Israel dan Amerika Serikat.

Sampai di sini, betapa memalukannya dan aib besar, ketika kontribusi pada Palestina masih sebatas orasi di mimbar-mimbar, memenuhi undangan podcast dimana-mana, menggalang donasi tapi kita sudah merasa terdepan dalam menyongsong pembebasan Palestina. Sekali lagi, Iran khususnya Jenderal Soleimani tidak butuh dipuji, tidak perlu juga ikut-ikutan menggelarinya pejuang Al-Quds sebagaimana warga Gaza menggelarinya -mana ada Syiah yang menjadi pejuang Al-Quds-, cukup kita tahu diri saja, Jenderal Soleimani sudah mengorbankan segalanya untuk Palestina, bahkan nyawanya. Kita?.

Sumber : Ditulis oleh Amin Pasannai melalui ABNA24

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *