Penghianatan yang menyakitkan oleh Rusia dan Turki

Resistensi.id – Skandal Pengkhianatan paling sulit dan menyakitkan. Begitu tragisnya nasib Iran di Suriah; dua negara sahabat Rusia dan Turki, mitra yang dipercaya mengamankan Suriah lewat kesepakatan SOCHI dan ASTANA, keduanya sama-sama berlaku curang. Rusia berkhianat dan Turki menusuk dari belakang.

Di awal-awal beredar berita bahwa Suriah telah jatuh ke tangan pemberontak HTS Jolani dan Bashar Assad melarikan diri, saya langsung menduga, ini adalah pengkhianatan Rusia terhadap Iran. Akhirnya dugaan saya benar-benar terbukti.

Kenapa Rusia masih nyaman tinggal di Suriah? Pangkalan angkatan lautnya di Tartous dan pangkalan udaranya di Kheimaim Latakia masih beroperasi normal hingga saat ini.

Jika sekarang kita lihat keberadaan Rusia di Suriah aman-aman saja tak diusik sedikit pun oleh HTS Jolani, perlu dipertanyakan ada hubungan apa, ada deal² rahasia apa antara Rusia dengan HTS Jolani? Bukankah musuh terbesar HTS Jolani selain Iran dan Hezbollah adalah juga Rusia?

Jawabannya sungguh menyakitkan yaitu “pengkhianatan”, dan lagi-lagi Iran yang jadi korbannya.

Bagi Rusia keberadaan Iran di Suriah jauh lebih membahayakan eksistensi Israel dibanding berkuasanya HTS Jolani yang memang tidak memiliki agenda memerangi Israel.

Selama ini Rusia bersikap baik terhadap Iran dan melakukan hubungan kerjasama militer, semata hanya karena Iran adalah sekutu tangguh yang paling bisa diandalkan untuk melawan Amerika dan NATO. Tapi ketika Iran punya agenda lain yaitu membebaskan Al-Quds dan melenyapkan Israel, maka Rusia tidak segan² melakukan pengkhianatan untuk mencelakakan Iran. Sebab antara Rusia-Israel memiliki hubungan historis panjang yang tidak memungkinkan keduanya saling bermusuhan secara langsung.

Tiga kali perang Arab-israel dimana Arab dibantu Rusia dan Israel dibantu Amerika beserta sekutunya, semua dimenangkan Israel, sebab Rusia memang tidak pernah serius mendukung sukutu²nya ketika hal itu membahayakan Isreal.

Target² infrastruktur militer vital milik Suriah yang kemudian dihancurkan jet-jet tempur Israel setelah HTS Jolani berkuasa, semua titik koordinat nya diberikan oleh Rusia, tidak ada sedikitpun tanggapan dari Rusia apalagi perlawanan.

Itulah kenyataan yang sekarang baru terungkap secara gamblang setelah Jenderal Iran Behrouz Etsbati mulai berani buka suara.

Adalah Brigjen Behrouz Etsbati, salah satu pemimpin Garda Revolusi, beliau adalah jenderal Iran terakhir yang meninggalkan Suriah setelah pelarian Bashar Assad ke Moskow. Beliau terpaksa harus meninggalkan Suriah dibawah tekanan perasaan jiwa yang tak menentu. Pulang ke negerinya dengan hati yang hancur berkeping-keping antara gejolak amarah dan rasa sakit tak terkira. Betapa pedihnya menghadapi kenyataan, front perlawanan yang dibangun selama bertahun-tahun, mengorbankan banyak darah para syuhada, menghabiskan anggaran biaya yang tidak sedikit, akhirnya runtuh begitu saja dalam sekejap hanya oleh sebuah pengkhianatan teman yang selama ini disangka sebagai teman baik.

Selanjutnya Brigjen Behrouz Etsbati mengungkapkan rincian penting tentang saat-saat terakhir runtuhnya rezim dan masuknya oposisi Suriah ke Damaskus.

Berikut beberapa poin rangkuman dari penyataannya:

  1. Rusia memainkan peran utama dalam meminggirkan peran Iran di Suriah, terutama setelah 7 Oktober 2023. Semua gerakan dan interaksi Rusia di kawasan itu adalah demi kepentingan Israel.
  2. Israel menargetkan pangkalan intelijen Iran di Damaskus, yang dikenal sebagai “Pangkalan Sadiq,” setelah Rusia menonaktifkan semua radarnya.
  3. Pada pukul dua malam, kami menyadari bahwa Damaskus akan jatuh ke tangan oposisi bersenjata, dan kemudian kami memutuskan untuk mundur dari Suriah.
  4. Saya berhubungan langsung dengan lima kementerian Suriah yang bekerja bersama saya, semua menterinya korup, sementara para pemimpin militer dan politik hidup dalam isolasi total dari rakyat Suriah.
  5. Pimpinan Partai Baath Suriah dan para jenderal, bahkan dalam masalah listrik pun mereka tega mencurinya. Ada perbedaan yang aneh antara kehidupan warga negara dan kehidupan para pemimpin politik dan militer di Suriah.
  6. Rusia memainkan peran paling penting dibalik pembunuhan para pemimpin Garda Revolusi Iran di Suriah, terutama dalam pembunuhan Jenderal Sayyid Radhi di daerah Mezzeh di Damaskus.
  7. Sebelum memulai operasi untuk mencegah musuh, kami menyampaikan rencana strategis kepada Bashar Assad, namun Rusia menyampaikan rencana berbeda yang kemudian diadopsi oleh Bashar. Strategi kami didasarkan pada aksi serangan darat, sedangkan rencana Rusia adalah menargetkan oposisi di Idlib melalui serangan udara. Kenyataannya informasi serangan udara yang diberikan intelijen Rusia ke saya sebagian besar hoax. Tak ada serangan udara ke basis pemberontak di Idlib, yang ada serangan ke lahan kosong
  8. “Maher al-Assad yang terkutuk” memiliki pos pemeriksaan dan kontrol keamanan yang dikenal sebagai Divisi Keempat di Suriah. Peran dari kontrol ini adalah untuk mengumpulkan suap dari setiap mobil yang lewat. Bahkan bus peziarah Irak pun tidak luput dari praktik ini, karena mereka menjadi sasaran suap oleh kekuasaan Maher al-Assad.
  9. Setelah tanggal 7 Oktober 2023, kami meminta Bashar Assad melalui duta besar kami di Damaskus dan pimpinan Garda Revolusi di Suriah untuk membuka front Golan guna menyerang Israel. Kepemimpinan militer kami menawarkan dukungan penuh Iran dan Hizbullah tanpa batas jika Front Golan dibuka. Namun Bashar Assad dengan tegas menolak permintaan Iran, karena ia cenderung tidak ingin melakukan konfrontasi dengan Israel.
  10. Rusia menipu Bashar Assad, karena mendukung Israel dalam membom situs dan pangkalan Garda Revolusi Iran di Suriah. Peran Rusia sangat jelas dalam melayani kepentingan Israel, yang berkontribusi untuk terus marginalisasi peran Iran di Suriah
  11. Poros Arab Saudi, Mesir, dan UEA juga aktif menekan Bashar Assad untuk meminggirkan peran Iran di Suriah. Selama kunjungan mantan Presiden Iran Ibrahim Raisi ke Suriah, beliau tidak diterima dengan cara yang selayaknya oleh rezim Suriah. Sementara penerimaan Damaskus terhadap Menteri Luar Negeri UEA jauh lebih besar dibandingkan dengan sambutan terhadap Raisi. Kami menyatakan keberatan terhadap diskriminasi yang dilakukan rezim Suriah.
  12. Jenderal kami mengadakan pertemuan yang menentukan dengan Bashar Assad di saat-saat terakhir rezim al-Assad. Kami sudah mempersiapkan Pasukan Mobilisasi Populer Irak untuk memasuki Suriah, dan kami meminta Bashar untuk berkomunikasi dengan Rusia guna mencegah serangan Israel terhadap masuknya Pasukan Mobilisasi Populer. Tanggapan Bashar adalah sebuah pertanyaan “ Bukankah anda berkomunikasi dengan Rusia?” Setelah pertemuan tersebut, para jenderal Garda Revolusi menggambarkan Bashar Assad mengidap gangguan kejiwaan “monstrositas”.
  13. Operasi peledakan perangkat pager di antara anggota Hizbullah merupakan bencana intelijen
  14. Kami mengalami kekalahan besar di Suriah, dan kehilangan Suriah merupakan hal yang sangat sulit dan paling menyakitkan bagi kami.
  15. Kami masih mempunyai hubungan dengan gerakan loyalis di Suriah, dan mereka akan segera dikerahkan untuk melakukan perlawanan di sana. Kita juga dapat bekerja di media sosial untuk mendukung upaya perlawanan di Suriah
  16. Pemuda Suriah siap melawan rezim baru di Damaskus. Jaringan dan sel-sel kami yang terkait dengan kami di berbagai wilayah Suriah insyaallah akan kembali melawan rezim baru di Suriah dan akan sangat efektif.
  17. Setelah jatuhnya rezim Suriah, saya masih berhubungan dengan komandan militer lapangan yang setia kepada kami di Suriah.

Sabarlah Iran…
semakin sakit kau rasakan deritanya, Allah akan mengganti dengan sesuatu yang tak terbayangkan.
Lihatlah, Amerika sudah mulai terbakar tanpa satupun peluru dilesakkan.

Sumber : Firman Chakim on FB

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *