YAUMUL MAB’ATS, Satu Lagi Keanehan dari Syiah Persia

RESISTENSI.ID – Hanya di Iran, ada sebuah peringatan penting bernama Yaumul Mab’ats atau Hari Bi’tsah yaitu hari diangkatnya Muhammad Saw. sebagai Nabi terakhir yang diperingati setiap tanggal 27 Rajab. Di negara² Islam manapun hampir tidak dikenal hari peringatan jenis ini, bahkan tanggal 27 Rajab sebagai hari diangkatnya Muhammad Saw sebagai utusan terakhir juga sudah hampir dilupakan orang.

Seberapa pentingkah 𝘠𝘢𝘶𝘮𝘶𝘭 𝘔𝘢𝘣’𝘢𝘵𝘴? Sampai harus diadakan acara peringatan dengan tingkat ring 1 protokoler kenegaraan. Dimana seluruh jajaran petinggi penyelenggara negara Republik Islam Iran wajib hadir. Mulai dari Presiden dengan para Menteri Kabinetnya, Jenderal² dengan Komandan² militernya hingga pimpinan² teras lembaga negara serta para tokoh masyarakat organisasi² besar.

Bayangkan, seumpama seorang Muhammad putra Abdullah tidak diangkat menjadi Nabi, pasti tidak akan pernah ada cerita tentang Islam, tentang tauhid, tentang syariat atau tentang jihad. Sebaik apapun pribadi Muhammad tidak akan ada yang mau mengenang hari kelahirannya, tidak akan ada yang mencatat sepak terjang sejarahnya dan tidak akan ada yang peduli dengan keagungan akhlaqnya.

Tanpa Kenabian seluruh kebaikan dan keindahan sosok Muhammad akan berlalu begitu saja ditelan waktu. Betapa sangat penting dan sentralnya status kenabian yang melekat pada diri Muhammad. Semua tentang Muhammad menjadi penting dan sangat penting hanya karena Muhammad telah dipilih dan diangkat sebagai Nabi terakhir.

Inilah kenapa Yaumul Mab’ats dipandang sangat urgen untuk dikenang dan diperingati. Hebatnya lagi, Iran memperingati Yaumul Mab’ats bukan hanya sebatas mengenang Muhammad Saw. sebagai sosok panutan yang patut dicontoh perilakunya, diteladani tutur katanya dan diapresiasi kelembutan perangainya. Lebih dari itu Iran mengenang Muhammad Saw.

Sebagai sosok negarawan sejati yang adil dan bijaksana, pemimpin politik yang ulung dan mumpuni, seorang panglima perang dan ahli strategi militer yang tidak gampang menyerah oleh ancaman dan tekanan, Muhammad Saw berhasil mempersatukan Jazirah Arab, sukses menaklukkan kelicikan dominasi ekonomi dan politik Yahudi, hingga sampai menjelang akhir hayatnya, beliau Saw masih sempat mempersiapkan konfrontasi politik dan militer terbesar melawan imperium Romawi.

Lewat Yaumul Mab’ats, Iran kembali menampilkan jatidiri Islam sebagai agama terdepan yang memperjuangkan prinsip² kemanusiaan dan keadilan, agama yang memprovokasi umatnya untuk berani bertarung melawan tirani kekuasaan yang sewenang- wenang, agama yang mendoktrin para pemeluknya untuk berjuang merebut hegemoni politik, ekonomi dan militer di kancah percaturan global.

Ingat, bagaimana Muhammad Saw bertarung melawan Romawi? Mulai dari perang Mu’tah, Tabuk dan ekspedisi Osama. Bukan sekedar balas dendam atas darah Haritsah yang ditumpahkan. Melainkan harga diri Islam dan gengsi keimanan ketika sudah dilecehkan dan dilanggar.

Pada puncak acara peringatan Yaumul Mab’ats, Pemimpin Revolusi Islam Iran Ayatollah Sayyed Ali Khamenei menyampaikan khotbah yang isinya berupa pesan² agitasi politik penting di hadapan para pejabat tinggi negara, berikut isinya;

“Saya sampaikan ucapan selamat Hari Raya Mab’ats (hari Diutusnya Nabi Muhammad Saw) kepada Anda sekalian. Hadirin yang terhormat, kepada seluruh rakyat Iran, kepada seluruh bangsa Islam yang agung, dan kepada seluruh masyarakat dunia yang mencintai kebebasan dan kemerdekaan.

Pengutusan Nabi Saw benar-benar merupakan hari raya bagi orang-orang bebas di dunia. Kami berharap Revolusi Islam akan melanjutkan jalannya dalam mengikuti Nabi Muhammad Saw dan misinya. Tahun ini, Hari Raya Mab’ats bertepatan dengan kemenangan Revolusi Islam Iran (22 Bahman). Semoga gerakan Bahman, gerakan Revolusi Islam, gerakan yang sedang kita laksanakan, dan niat pendiri gerakan ini (Imam Khomeini) adalah mengikuti jejak Nabi dan misinya..

InsyaAllah, akan terus berlanjut seperti ini dan maju sesuai jalurnya. Saat ini, kita sedang mengalami tiga tahap kolonialisme. Struktur kekuasaan dunia yang kuat dan jahat sedang mengincar sumber daya alam negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia, mengincar budaya asli mereka, dan identitas nasional dan Islam mereka..

Mereka berusaha menghancurkan dan merebutnya, tidak semuanya sama, dan Amerika berada di garis depan. Hari ini adalah gambaran sempurna tentang kolonialisme dan arogansi Amerika, dan Amerika berada di bawah pengaruh kekuatan keuangan terkemuka dunia. Artinya, saat ini, kekuatan keuangan teratas dunia mendominasi sejumlah pemerintah Barat – mungkin yang terbesar salah satunya adalah pemerintah Amerika. Ini – dalam frasa umum mereka sendiri – didominasi oleh kartel, broker, dan semacamnya.

Mereka adalah orang-orang yang menggambar peta untuk ketiga tahap kolonialisme. Gerakan perlawanan adalah cabang dari gerakan Bi’tsah. Gaza yang kecil telah melumpuhkan rezim Zionis yang mendapat dukungan penuh dari Amerika. Hizbullah tidak terkalahkan, meski Nasrallah gugur syahid. Musuh dan kawan mengira Hizbullah sudah tamat, tetapi ternyata sebaliknya dan mampu menghadapi entitas Zionis.

Perlawanan dimulai dari Republik Islam Iran, menyadarkan umat Islam secara umum dan memperkenalkan sistem dominasi global kepada bangsa-bangsa lain” Selanjutnya Pemimpin Revolusi Islam Iran, Imam Khamenei, mengeluarkan peringatan yang tegas kepada jajaran pemerintah dan rakyat Iran dalam bernegosiasi dengan Barat: “Kenali bahwa di balik senyum diplomatis mereka, ada permusuhan dan dendam yang tersembunyi.

Buka mata Anda lebar² dan tetap waspada terhadap siapa yang Anda hadapi, dengan siapa Anda berurusan dan siapa yang Anda ajak bicara. Dan jangan lupakan ayat ini:

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ۝١
“Janganlah kamu (merasa) lemah dan
jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin”

Sumber : Penulis Firman Chakim melalui FB

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *