‘Gaza Riviera’ Ide Gila Trump dan Bagaimana Cara Mewujudkannya

Foto: Ilustrasi ‘Gaza Riviera’ proyek ambisius dan kontroversial yang bersumber dari ide gila Donald Trump.(X/@standardnews)

Resistensi.id – Usulan yang tampaknya digunakan oleh Presiden AS Donald Trump untuk memunculkan idenya yang kontroversial (atau bisa disebut gila) tentang “Gaza Riviera” sebenarnya terdengar aneh.

Laporan media yang menunjukkan bahwa ide gila Trump didasarkan pada dokumen setebal 49 halaman yang disusun oleh profesor ekonomi yang berbasis di Washington, Joseph Pelzman, musim panas lalu. Rencananya untuk Gaza mencakup energi terbarukan, sistem kereta ringan, bandara dan pelabuhan, tata kelola digital, dan hotel tepi pantai.

Namun, untuk mewujudkan rencananya, Gaza perlu “dikosongkan sepenuhnya,” kata Pelzman dalam sebuah podcast Agustus lalu. AS “dapat menekan Mesir” untuk menerima pengungsi dari Gaza karena negara itu berutang kepada AS, katanya.

Trump berpendapat bahwa Mesir dan Yordania, yang sama-sama menerima miliaran bantuan asing dan dukungan militer dari AS, tidak punya pilihan lain.

Pernyataan Trump provokatif sekaligus membingungkan, bahkan bagi para pendukungnya. Menurut sekutu Trump di Republikan, perdamaian itu seharusnya dikejar Palestina dan Israel.

Beberapa pihak berpendapat bahwa rencana tersebut merupakan kedok untuk kebijakan energi. Mengutip Asia Times minggu lalu menulis bahwa rencana Trump “hanya tentang gas alam,” sementara kolumnis energi dan komoditas Bloomberg Javier Blas menyindir bahwa ia menunggu “pernyataan pertama yang mengerikan yang mengklaim bahwa Presiden Trump mengincar gas alam Gaza.”

Mereka berpendapat bahwa tujuan jangka panjang Trump adalah menguasai Gaza untuk memperoleh akses ke gas alam di Gaza Marine Field. Sebagai informasi, Gaza mengklaim sebagian wilayah bawah laut dengan cadangan gas alam sekitar 1 triliun kaki kubik gas alam, yang cukup untuk memasok listrik ke wilayah Palestina dengan potensi tambahan untuk diekspor.

Trump tampaknya sangat yakin idenya terwujud, meskipun ada beberapa masalah besar dengan rencana tersebut. Ada pertanyaan tentang siapa yang akan membiayai rancangan besar seperti itu. Lalu, ada upaya meyakinkan sekitar 2 juta warga Palestina untuk meninggalkan rumah mereka dan tidak pernah kembali, sesuatu yang dapat digolongkan sebagai pembersihan etnis.

Sumber : DBS

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *