Foto: Drone MQ-9 kebanggaan Amerika rontok di tangan pejuang Ansarullah Yaman.(file)
Resistensi.id – Sistem pertahanan udara milisi Ansarullah , dilaporkan telah menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak milik AS. Tak main-main, drone yang ditembak jatuh oleh kelompok bersenjata yang didukung Iran ini adalah MQ-9 Reaper.
Pentagon telah mengkonfirmasi jatuhnya MQ-9 Reaper dan mengatakan pihaknya masih menganalisis kejadian tersebut, termasuk apakah drone tersebut berada di wilayah udara internasional atau di atas Yaman.
Baca Juga : Yaman akan Meningkatkan Serangan Kepada Israel yang Lebih Berkualitas
Yang menjadi pertanyaan penting dan belum diketahui senjata yang digunakan kelompok Ansarullah Yaman untuk menjatuhkan drone canggih militer AS tersebut. Namun diduga mereka menggunakan senjata rudal permukaan ke udara jarak pendek buatan Iran.
Drone canggih ini mampu terbang selama lebih dari 27 jam dengan kecepatan sampai 480 kilometer per jam. MQ-9 Reaper dapat terbang setinggi 15 kilometer dan mondar mandir di sekitar target incaran, sehingga sangat cocok untuk pengintaian.
Harganya sangat mahal, di mana 1 unit MQ-9 Reaper Global Hawk yang terdiri dari 4 drone biayanya tembus US$ 56,5 juta (Rp 869 miliar) untuk sekutu AS.
Lihat video Drone yang dijatuhkan kelompok Ansarullah Yaman :
BREAKING : AnsharAllah Yaman telah merilis rekaman penembakan thdp drone militer AS MQ-9 Reaper yang terbang di atas Laut Merah. pic.twitter.com/Liv6HGqA43
— Volderkosong (@volderkosong) November 9, 2023
Sedangkan harga yang dibandrol diluar sekutu AS bisa mencapai US$ 110 juta atau setara Rp 1,5 triliun (kurs Rp 14.000).
Iran sendiri telah beberapa kali menjatuhkan drone AS yang dianggap telah memasuki teritorial mereka.
Pada tahun 2019, misalnya, Garda Revolusi Iran menembakkan rudal yang menjatuhkan pesawat intai atau drone Amerika Serikat (AS).
Baca Juga : Laporan: Arab Saudi Mencegat Rudal Houthi yang Mengarah ke Israel
Sebagai informasi, Ansarullah, kelompok proksi Iran, ini telah meningkatkan serangan mereka terhadap pasukan dan aset AS di Timur Tengah dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini dilakukan sebagai reaksi atas serangan Israel ke permukiman sipil Palestina.
Pangkalan AS dan koalisi di Irak dan Suriah juga menjadi objek serangan setidaknya 40 kali sejak 17 Oktober, menyebabkan banyak anggota militer AS mengalami cedera otak traumatis dan cedera lainnya.
Seorang pejabat senior pertahanan AS menyebut Iran sebagai “pusat gravitasi” atas serangan terhadap pasukan AS di wilayah tersebut, dan mengatakan bahwa “sidik jari Iran ada di balik semua ini.”
Drone MQ-9 Reaper ini melaksanakan berbagai macam misi, mulai intelijen, pengawasan dan pengintaian, dukungan udara jarak dekat, pencarian dan penyelamatan tempur, serangan presisi, hingga pembersihan rute.
Drone ini juga dipersenjatai dan dapat melakukan serangan udara jika diperlukan, menggunakan rudal dan amunisi berpemandu presisi.
Drone MQ-9 Reaper ini merupakan alutsista kebanggaan AS yang mereka gunakan dalam serangan yang menewaskan petinggi militer Iran Jenderal Qassem Soleimani di Irak, tahun 2020 silam.
Deklarasi perang melawan Israel
Akhir Oktober lalu, kelompok Houthi secara resmi “bergabung” dalam perang melawan Israel. Mereka melakukan itu sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang dibombardir militer Israel.
Deklarasi resmi Houthi itu ditandai lewat serangan rudal balistik dan drone mereka ke arah Israel.
Baca Juga : Saudi Menyetujui Penempatan Sistem Pertahanan Udara AS demi Lindungi Israel
Juru bicara militer Yaman Yahya Saree mengatakan pihaknya telah meluncurkan sejumlah besar rudal balistik dan drone ke arah Israel pada 31 Oktober.
Kelompok ini mengancam akan ada lebih banyak serangan serupa yang akan terjadi guna membantu Palestina meraih kemenangan. Menurut Saree mengatakan ada tiga serangan Yaman terhadap Israel sejak awal konflik.
Pernyataan itu tampaknya mengonfirmasi bahwa Ansarullah berada di balik serangan pesawat tak berawak pada 28 Oktober yang mengakibatkan ledakan di Mesir.
Tel Aviv sendiri telaah menuding kelompok perlawanan Yaman di balik serangan 19 Oktober, ketika tiga rudal jelajah yang ditembakkan dari Yaman berhasil dicegat kapal perang AS.
Sumber : MSN