Misteri Ancaman 3 HARI Yaman Berakhir,Saudi Akhirnya Nyerah

Resistensi.id – Beberapa hari lalu, juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman menulis di platform media sosial media miliknya baik di X (twitter) maupun telegram kata “3 hari”, menyiratkan pesan penting tanpa penjelasan lebih lanjut.

Di hari yang sama, anggota biro politik Ansarallah, Mohammed Ali al-Houthi juga menulis pesan senada di platform X miliknya. Batas waktu dalam pesan yang menimbulkan kehebohan di dunia maya ini sudah berakhir, lalu apa yang terjadi dengan ancaman misterius ini?

Sebuah pernyataan dari anggota biro politik Ansarallah Mohammed Al-Bukhaiti merangkum situasi tersebut menyatakan bahwa ancaman Ansarallah terkait dengan penahanan jamaah Yaman yang berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji pada pertengahan Juni lalu, oleh Arab Saudi.

“Jika jamaah asal Yaman tidak dipulangkan, bandara Arab Saudi akan ditutup saat ini,” ungkap Al-Bukhaiti

Bukhaiti menambahkan: “Akankah rezim Saudi belajar dari kegagalannya menutup Bandara Sana’a dan melepaskan kendalinya dari Yaman sebelum mendapat pelajaran keras?”

Ini adalah penerbangan pertama dari Sana’a ke Arab Saudi sejak 2016, membawa 270 jamaah asal Yaman, di tengah negosiasi yang dimediasi Oman antara Yaman dan Arab Saudi. Pesawat jamaah haji Yaman ini tertahan di Arab Saudi karena sikap keras kepala Riydah yang mencoba memblokir penerbangannya.

Al-Masirah melaporkan bahwa pada Jumat malam tadi, sebuah pesawat Yemeni Airlines tiba di Bandara Internasional Sanaa membawa sejumlah jamaah yang terjebak di Arab Saudi.

“Koresponden kami melaporkan bahwa pesawat jamaah haji Yaman yang terdampar di Arab Saudi tiba di Bandara Internasional Sanaa setelah lebih dari seminggu sikap keras kepala Saudi,” lapor Al-Masirah.

Sebuah sumber khusus yang ikut dalam rombongan tersebut menjelaskan bahwa kepulangan para jamaah haji yang terdampar di Arab Saudi terjadi setelah adanya peringatan dari pemimpin Yaman mengenai penundaan yang terus berlanjut dan sikap keras kepala rezim Saudi.

Para jamaah mengungkapkan kebahagiaannya sekembalinya ke tanah air setelah menjalani perjalanan haji yang menghadapi banyak tantangan

Ancaman Yaman terbukti terlalu mengerikan bagi Saudi yang memilih untuk menyerah dengan tidak mengganggu Yaman, sebelum ancaman mereka terrealisasi dan terjadi sesuatu yang akan merugikan kepentingan Riyadh.

Brigadir Jenderal Yahya Saree hari ini setelah tengah malam (WIB) mengunggah kata-kata dalam postingannya yang berbunyi: “Ini telah selesai, dengan izin Allah.” menunjukkan bahwa ancaman dengan batas waktu 3 hari itu telah mencapai hasilnya.

Mengomentari postingan Sare’e, pejabat Ansarallah Nasr El-Din Amer menyatakan: “Pesawat kami berangkat untuk mengangkut jamaah kami dan kembali ke bandara dengan selamat. Ini akan melayani jamaah kami ke berbagai tujuan, Insya Allah. Ini adalah hak kami, dan siapa pun yang mengambil hak kami, kami akan mengambil nyawanya.

“Bandara kami akan terbuka untuk melayani warga kami, dan siapa pun yang mencoba menutupnya, kami akan meresponsnya dengan cara yang sama. Semua rencana dan tindakan Amerika yang bertujuan menghentikan operasi kami di Gaza akan gagal.”

Sebelum batas waktu habis, para jamaah sudah kembali ke Yaman dengan pesawat Yaman menuju Bandara Sana’a. Lebih lanjut, Menteri Luar Negeri Saudi kemarin mengumumkan bahwa mereka siap menandatangani peta jalan untuk mengakhiri agresi di Yaman.

Pasukan Aden yang didukung Saudi juga menyetujui kesepakatan pertukaran tahanan sebanyak 50 tahanan untuk pemimpin yang didukung Saudi, Mohammed Qahtan. Entitas Zionis juga mengirimkan delegasi ke Qatar untuk mencapai kemajuan dalam kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok perlawanan saat ini.

Meskipun serangan udara yang dilakukan oleh Saudi dan UEA sebagian besar telah berhenti, Arab Saudi masih terus menerus melakukan serangan kecil terhadap wilayah di perbatasan Yaman. Mereka juga melakukan intervensi terhadap perekonomian Yaman melalui bank sentral, memindahkannya dari Sana’a ke Aden, dalam upaya menghentikan operasi militer Yaman untuk mendukung Gaza.

Ansarallah telah berulang kali memperingatkan Arab Saudi untuk tidak ikut campur dalam urusannya atau membiarkan wilayah udaranya digunakan untuk menyerang Yaman. Saudi bahkan telah berusaha untuk mendapatkan pengecualian bagi kapal-kapal yang menuju ke pelabuhan-pelabuhannya agar tidak menjadi sasaran, bahkan jika mereka melanggar larangan Yaman terhadap pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki. Para pemimpin Yaman juga menganggap Arab Saudi bertanggung jawab atas kehidupan dan keselamatan para jamaah haji.

Sumber: Basira Press/ Al-Masirah

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *